Minggu, 29 Mei 2022

Drama - Ciri, Manfaat, Struktur dan Jenis

 

Assalamualaikum wr. Wb. hai kawan semua. Jumpa lagi di Galeri Bahasa. Bagaimana kabar kalian menjelang akhir semester ini? semoga selalu sehat dan semakin semangat dalam belajar. Kali ini kita akan membahas hal yang sebenarnya sudah tak asing lagi bagi kita.

Kita akan belajar tentang drama! Drama merupakan karya sastra yang memiliki keunikan daripada karya sastra jenis lain, karya sastra yang kompleks karena melibatkan semua keterampilan berbahasa. mulai dari persiapan sampai pertunjukan drama, kita harus menggunakan kemampuan berbahasa seperti menyimak, membaca, menulis dan berbicara,. Mau tau lebih tentang drama? Yuk belajar Bersama di Galeri Bahasa. Jangan lupa untuk mencatat dan membuat peta konsep.

 

Drama merupakan salah satu jenis karya sastra. Salah satu, berarti ada yang lainnya ya. Jadi, secara umum karya sastra dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, puisi, kedua, prosa, ketiga drama. Puisi adalah karya sastra yang terikat dan padat makna, lebih mementingkan hubungan antar kata. Sedangkan prosa merupakan karangan bebas yang lebih mementingkan hubungan antar kalimat. Dan yang terakhir drama. Nah, jenis ketiga ini yang akan kita bahas kali ini! kita mulai dari pengertian drama.

Banyak sekali istilah yang menunjuk pada pengertian drama, antara lain komedi stambul, komedi bangsawan, tonil, dan sandiwara. Dikatakan komedi stambul karena dulu ceritanya tentang keajabiban di Istanbul (konstantinopel). Dikatakan komedi bangsawan karena dahulu ceritanya tentang orang bangsawan. Sedangkan Tonil adalah istilah yang berasal dari Belanda yang artinya pertunjukan. Dan ada pula istilah sandiwara. Istilah Sandiwara awalnya dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).

Secara etimologis, drama berasal dari Bahasa Yunani dromai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi dan sebagainya. Simorangkir mengatakan bahwa drama adalah seni yang mempertunjukkan pekerti manusia dengan perbuatan (Suroto:1990 hal.75). Sedangkan menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 235) drama diartikan sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku akting atau dialog yang dipentaskan. Senada dengan pendapat di atas, Kosasih (2017, hlm. 132) memaparkan pula bahwa drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakon dan dialog dan berbagai peristiwant yang disajikan dalam suatu pentas drama.

Istilah Drama selalu dikaitkan dengan teater. Banyak yang beranggapan bahwa drama sama dengan teater. Padahal kedua istilah tersebut tidaklah sama persis. Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Tetapi Harymawan mengungkapkan batasan tentang teater bahwa “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993). Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton. Jadi,  istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu dari “teater”.

 

 

Sebagai karya sastra yang berbeda dari karya sastra lainnya, drama memiliki beberapa ciri. Antara lain sebagai berikut:

1.      Terdapat dialog atau percakapan

2.      Mengandung cerita, kisah, atau narasi yang sampaikan melalui dialog atau percakapan antar tokohnya.

3.      Teks drama  memiliki petunjuk khusus yang harus dilakukan oleh pemerannya, misal mengatur ekspresi (marah atau senang), melakukan aksi (berlari/melompat), dsb.

4.      Penulisan percakapan tidak perlu menggunakan tanda petik (“”) karena drama secara eksklusif menggunakan dialog sebagai isinya.

 

Bermain drama mempunyai banyak manfaat untuk pengembangan karakter. Manfaat tersebut antara lain:

·      Memupuk kerja sama

·      Meningkatkan rasa percaya diri

·      Mengembangkan kreatifitas dan apresiasi diri

·      Mempertajam kepekaan emosi

·      Mengembangkan kemampuan bersosial

·      Dan bisa digunakan sebagai media penyalur hobi.

 

Selanjutnya kita bahas Struktur Teks Drama

Menurut Kosasih (2016, hlm. 258), struktur teks drama terbagi menjadi tiga bagian utama. Prolog, dialog dan epilog.

1.      Prolog, adalah kalimat atau kata-kata pembuka, pengantar, maupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu yang telah di set dalam teks drama.

2.      Dialog, merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi, dan bagaimana tokoh tersebut menyelesaikan permasalahan. Dialog dibagi menjadi 3 bagian lagi, yaitu orientasi, komplikasi/konflik, dan resolusi.

a.      Orientasi, merupakan pengenalan tokoh, menyatakan situasi dan cerita, hingga permulaan dalam mengajukan konflik yang akan terjadi dalam kisah yang dibawakan dalam drama.

b.      Komplikasi/Konflik, atau disebut juga sebagai bagian tengah cerita yang mulai mengembangkan konflik. Pada bagian ini tokoh utama akan menemukan berbagai rintangan antara ia dan tujuan atau keinginannya. Tokoh juga kerap mengalami berbagai kesalahpahaman dalam perjuangannya untuk menghadapi berbagai rintangan tersebut.

c.       Resolusi (denouement), yakni penyelesaian dari komplikasi atau berbagai rintangan yang menghalangi tokoh utama.

3.      Epilog, merupakan bagian penutup dari drama yang berisi simpulan atau amanat mengenai keseluruhan isi drama. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.

 

Jalannya cerita dalam drama sangat ditentukan oleh scenario. Scenario adalah naskah cerita yang menguraikan urutan-urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog yang disusun dalam konteks struktur dramatic. Dan berikut tiga unsur penting yang harus ada dalam scenario.

1.      Tokoh. Tokoh yaitu pemeran atau pelaku dalam sebuah drama

2.      Wawancang. Yaitu dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh

3.      Kramagung. Adalah petunjuk perilaku, Tindakan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung ditulis dalam tanda kurung dan biasanya dicetak miring.

Perhatikan contoh cuplikan scenario berikut:

Dika , tokoh : (mendorong kursinya ke belakang dan menghabiskan minumannya), ini termasuk kramagung Aku capek sekali jalan kaki lewat hutan itu.  Disebut dengan wawancang.

 

Drama bisa diartikan sangat luas sekali. Ada berbagai macam bentuk drama, di antaranya, adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya

a. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun

dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.

b. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk

prosa.

2. Berdasarkan sajian isinya

a. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang

sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu

yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan

tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti

drama serius yang melukiskan pertikaian di antara tokoh utama

dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka

atau kesedihan.

b. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur,

walaupun selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan

yang berakhir dengan bahagia.

c. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya

menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

3. Berdasarkan kuantitas cakapannya

a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata

b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.

 

c. Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-

kata.

 

4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya

a. Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.

b. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari.

c. Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.

5. Bentuk-bentuk lain

a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau

melanggar konversi alur, penokohan, dan tematik.

b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan

dipentaskan.

c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum

bangsawan (muncul abad ke-18).

d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat

biasa.

e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan

atau keruntuhan tokoh utama.

f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan

dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).

g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat

pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta

pengaluran yang ringkas.

h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai

dengan festival rakyat yang ada (terutama di perdesaan).

Demikian materi drama bagian satu yang dapat kita ulas. Jangan lupa menyimak materi drama bagian kedua. Semoga bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat. Wassalamualaikum wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah MC Pelantikan Fatayat NU

  Assalamualaikum wr. Wb الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ ، أَمَّا ب...