Senin, 16 Maret 2020

Biografi Ki Hadjar Dewantara / Abstrak Bertema Kepahlawanan "Sang Teratai, Ki Hadjar Dewantara"




Abstrak Pahlawan

Oleh:
Dina Rahmawati
Miftakhur Rohmah
Khalimatus Saadah

Judul:
Sang Teratai, Ki Hadjar Dewantara

Pembina:
Iva Lutfiyati, S.Pd.





Mengetahui,
Kepala Madrasah
MA Abdulloh




Nadzifatus Sajaya, M.Pd.I











Sang Teratai, Ki Hadjar Dewantara

1.      Latar Belakang
            Ki Hadjar Dewantara (biasa disingkat KHD) bisa dikatakan manusia fenomenal di Indonesia pada abad ke-19. Pemikiran KHD mengenai pendidikan telah menjadi motor penggerak pembaharuan pendidikan yang penuh tekanan dari penjajah Belanda masa itu. Konsep pendidikan keluarga yang diterapkannya membuat pendidikan Indonesia mampu memanusiakan manusia, membentuk manusia yang cerdas berbingkai spiritual dan moralitas. Sangat berbeda dengan pendidikan penjajah yang merendahkan kaum pribumi. Namun, pemikiran KHD kini usang dan asing. KHD hanya diketahui sebatas sebagai bapak pendidikan. Hari lahirnya hanya diperingati dengan upacara formal tanpa makna. Pendidikan di Indonesia kini terfokus pada upaya menyiasati ujian-ujian semata. Padahal, pendidikan dalam konteks sesungguhnya adalah membentuk manusia yang otentik sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu, sangat penting mengenang dan menelaah kembali pemikiran KHD yang kemudian diharapkan mampu diterapkan di lingkungan pendidikan Indonesia.

2.      Riwayat Perjuangan
     Ki Hadjar Dewantara lahir tanggal 2  Mei 1889. Hari lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Pendidikan dasar ia selesaikan di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjutkan ke Stovia (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi tidak tamat karena sakit. Ia juga bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar ternama di Indonesia masa itu. Ide, pemikiran dan konsepnya sering bertebaran di berbagai media di tanah air. Als ik een Nederlander was (Andai Aku Seorang Belanda) adalah artikel paling provokatif yang ditulis KHD.  Bahkan, KHD sempat diasingkan ke Pulau Bangka karena tulisan tersebut. KHD juga menjadi anggota beberapa organisasi pergerakan, antara lain: Boedi Oetomo, Insulinde dan Indische Partij. Ia disebut bapak pendidikan berkat kepeduliannya yang sangat tinggi pada pendidikan di Indonesia yang saat itu masih sangat terdiskriminasi oleh Belanda. Taman Siswa yang ia rintis memberikan kesempatan bagi rakyat pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyai atau orang-orang Belanda. Kecintaan dan kepeduliannya pada pendidikan Indonesia mengantarkannya pada jabatan Menteri Pengajaran Indonesia ke-1 di bawah kepemimpinan Soekarno. Semboyan ciptaannya, Tut Wuri Handayani menjadi Slogan Kementerian Pendidikan Indonesia. Namanya diabadikan sebagai sebuah nama kapal perang Indonesia. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998. Ia diangkat sebagai Perintis Perjuangan Kemerdekaan, Perwira Tinggi, serta Mahaputra Tingkat 1. Ia juga dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Soekarno pada 28 November 1959. Tak mengherankan jika KHD disebut “teratai” dalam puisi Sanusi Pane. Tak lain untuk menggambarkan betapa teguhnya perjuangan Ki Hadjar Dewantara, layaknya bungai teratai.

3.      Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
     Pemikiran Ki Hadjar Dewantara antara lain 3N “Niteni, Nirokke, Nambahi”. Niteni berarti memahami apa yang telah terjadi dan diajarkan dari hal yang kecil. Nirokke berarti menirukan ilmu atau ajaran yang telah didapat. Yang terakhir Nambahi berarti menambah ilmu atau ajaran yang telah didapat guna menaikkkan kualitas bangsa. Beliau mempunyai tiga semboyan yaitu: Ing ngarso sung tuladha yaitu menjadi seorang pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan. Ing madya mangun karsa yaitu seseorang ditengah kesibukannya harus mampu membangkitkan semangat. Tut wuri handayani yaitu seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. KHD juga menekankan pentingnya budi pekerti yang membuat manusia merdeka, mampu memerintah atau menguasai diri sendiri sehingga menjadi manusia yang beradab. Dan inilah maksud serta tujuan pendidikan dalam garis besarnya.

4.      Nilai-nilai Perjuangan
-          Pendidikan agar manusia Indonesia merdeka batinnya, fikirannya, dan merdeka tenaganya untuk rakyat Indonesia.
-          Mengajarkan kepenuhan dimensi pengajaran yang mempertinggi kebudayaan siswa.
-          Menambah nilai-nilai kearifan lokal budaya Indonesia dalam setiap proses pembelajaran.
-          Mengembangkan afektif, psikomotor, dan spiritual dalam pendidikan sehingga tidak akan mencabut seseorang dari hakikat kemanusiaan.


DAFTAR RUJUKAN
Maulana, dkk.2014. Eling & Meling. Solo: Jagad Abjad
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 2013. KI HADJAR DEWANTARA 1. Yogyakarta:   
          UST-Press
Wikipedia.___.  Ki Hadjar Dewantara. Diakses 26 September 2019 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara


Contoh Pidato Aksioma Bertema Peran Pemuda dalam Memajukan Bangsa


  
(sumber foto : https://www.kompasiana.com)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Yth. dewan juri AKSIOMA
Yth. rekan-rekan satu perjuangan yang saya sayangi
serta hadirin sekalian yang berbahagia.


Tiada kata yang pantas kita ucapkan selain puji syukur kepada Ilahi Rabbi biqoulinalhamdulillah, karena pada pagi yang cerah ini kita dapat berkumpul dan bermuwajjahah di sini dalam keadaan sehat wal afiat. Kedua, sholawat maassalam semoga selalu tercurah pada junjungan kita nabi agung Muhammad S.A.W. yang selalu kita harapkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Hadirin yang berbahagia...
Tibalah kita di penghujung bulan Oktober. Bulan Oktober adalah bulan paling tepat untuk kita para pemuda untuk kembali membakar semangat kita. 88 tahun yang lalu, tepat tanggal 28 Oktober 1928, pemuda-pemuda Indonesia dengan semangat yang tak pernah padam mulai menapak jejak sejarah kebangkitan pergerakan persatuan di Indonesia. Tanah air yang satu, bangsa yang satu, serta bahasa persatuan yang selalu dijunjung tinggi bukanlah hanya sebuah ikrar yang terucap di mulut saja.  Ikrar tersebut pastilah merasuk di setiap kalbu pemuda Indonesia kala itu sehingga perjuangan mereka bisa terus berkesinambungan dan mengantar pergerakan-pergerakan di Indonesia un tuk bersatu menjemput kemerdekaan.

Hadirin yang berbahagia...
Peran pemuda dalam memajukan bangsa ini tak akan pernah hilang dari rekam sejarah. Kita tak kan bisa melupa pada peristiwa proklamasi yang menjadi titik awal kemerdekaan bangsa Indonesia. Peristiwa itu juga tak lepas dari peran pemuda yang kala itu menggiring Soekarno-Hatta untuk mempercepat proklamasi. Lagi dan lagi, darah juang pemuda yang selalu menggeliat menjadi penyumbang terbesar bagi kemerdekaan Indonesia.

Hadirin yang berbahagia....
Masih banyak lagi peran pemuda dalam sejarah negri ini yang tak akan bisa kita bahas dalam waktu yang singkat ini. Besarnya peran pemuda di masa lalu, mulai dari pergerakan Budi Utomo, Sumpah Pemuda hingga peristiwa Rengasdengklok seharusnya menjadi cambuk bagi kita para pemuda untuk membakar semangat juang kita. Generasi muda bukan hanya sekedar kumpulan anak-anak muda saja. Tapi lebih dari itu, henerasi muda adalah mereka yang mampu menggantikan generasi sebelumnya dan mampu membuat perubahab ke arah yang lebih baik. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, generasi muda seperti apa yang mampu melakukan perubahan? Apakah mereka, para pemuda yang lalai dalam belajar yang hanya datang dan pulang sekolah tanpa menyalakan pikir mereka? Apakah mereka, para pemuda yang hanya gemar berfoya-foya? Ataukah mereka, para pemuda yang lebih mengagungkan bangsa lain dengan dalih kekinian? Tidak! Mereka adalah pemuda-pemuda hebat yang sangat sadar bahwa tanah negri inilah yang menghidupi mereka sejak lahir! Mereka sadar bahwa Indonesia terlalu besar untuk diremehkan dan terlalu mulia untuk dipinggirkan!

Hadirin yang berbahagia...
Masih ingatkah kita dengan perkataan founding father kita, “ Beri aku sepuluh pemuda maka akan kuguncang dunia!”. Hal itu sangat menegaskan betapa besarnya  potensi pemuda dalam mengambil peran untuk memajukan bangsa. Baik buruknya suatu bangsa dilihat dari kualitas pemudanya, karena pemuda adalah pewaris bangsa yang akan menjadi penerus pendahulu di masa yang akan datang. Peran pemuda di era modern seperti ini bukanlah untuk mengangkat senjata apalagi merangkai taktik perang.  Tapi, yang diperlukan adalah otak yang menghasilkan ide dan gagasan yang disertai dengan sikap jujur dan pantang menyerah.  Di era yang serba modern seperti ini yang diperlukan para pemuda adalah pendidikan yang berkualitas agar bangsa kita tidak tertinggal oleh bangsa lain. Kita harus selalu sadar, kemajuan bangsa tidak mungkin bisa diraih dalam semalam secara instan. Kemajuan bangsa sangat ditentukan seberapa besar semangat dan usaha yang tak pernah putus dari para pemudanya.

Hadirin yang berbahagia...
Sudah saatnya pemuda mulai melangkah untuk berkontribusi mewarnai kemajuan bangsa ini. Jika hidup hanya sekedar hidup, babi liar di hutan pun juga bisa hidup. Jika bekerja hanya sekedar bekerja, sapi dan kerbau pun juga bisa bekerjaa. Kita, para pemuda Indonesia haruslah menjadi pribadi tangguh yang selalu bekerja dengan cerdas serta santun demi kemajuan bangsa Indonesia tercinta.Akhirnya, marilah kita tatap masa depan dengan penuh harapan dan penuh semangat.
Jayalah negriku, majulah bangsaku, Indonesia!

Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf jika ada salah dalam tutur maupun laku saya.
Wabillahi taufiq wal hidayah


Wassalamualaikum Wr. Wb.


Contoh Teks Ceramah / Pidato Aksioma Birrul Walidain / Menghormati Orang Tua dan Guru



Ceramah/Pidato Bertema Birrul Walidain/ Berbakti kepada Kedua Orang Tua dan Guru



السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

الحمدلله رب العلمين و به نستعين على امورالدنياوالدين اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه و بار ك عليه
Yth. Dewan Juri Aksioma
Rekan-rekan Seperjuangan yang Saya Banggakan
serta Hadirin Sekalian yang Berbahagia
            Tiada kata yang pantas kita ucapkan selain puji syukur ke hadirat ilahi rabbi biqoulinalhamdulillah karena pada pagi ini kita dapat bermuwajahhah di sini majlis dalam keadaan sehat wal afiat. Amin ya rabbal alamin
            Tak lupa sholawat ma’assalam semoga selalu tercurah pada junjungan kita nabi agung Muhammad S.A.W. yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Hadhirin hadhirat rahimakumullah..
            Orang tua, dan guru. Begitu lekatnya sosok mereka di kehidupan kita sehingga kita tak kan mampu menganalogikan jasa mereka secara sempurna. Begitu besarnya kedudukan mereka sehingga dalam Al Quran banyak sekali dicantumkan kewajiban anak terhadap orang tua dan guru. Salah satunya adalah Q.S. Al Isra’ ayat 24.
وبالوالدين احسانا
 “Dan berbuat baiklah pada kedua orang tua.”
Ayat tersebut sudah sangat menegaskan kewajiban seorang anak untuk selalu menghormati serta berbuat baik pada bapak/ibunya. Namun, di zaman modern seperti ini istilah hormat pada orang tua termasuk guru terkadang malah tidak dihiraukan oleh kawula muda. Mereka lebih menyayangi smartphone mereka, mereka lebih menghormati sosial media mereka, mereka lebih mengagungkan nafsu mereka daripada orang tua mereka. Naudzubillah. Banyak sekali anak yang tidak bisa menghormati orang tua mereka. Atau bahkan, kita pun termasuk anak yang belum bisa menghormati orang tua. Disuruh menyapu, kita malah asyik sms-an. Disuruh mijitin, kita malah bergaya seakan kita lebih lelah dari pada bapak ibu. Dan masih banyak lagi. Lucu memang jika dipikir lebih dalam lagi. Kita, yang punya banyak hutang budi pada oran tua justru sering menjadi pemeran utama yang membuat orang tua kita sedih atau bahkan murka. Padahal Abdullah bin Umar R.A berkata
ابكاءالوالدين من العقوق
 “Membuat orang tua menangis termasuk bentuk kedurhakaan!”
Kita pun harus selalu ingat pada pesan Rasulullah S.A.W. “Ridha Alloh tergantung ridho orang tua. Dan murka Alloh tergantug pada kemurkaan orang tua.” Masya Allah. Jika kita tak bisa mendapatkan ridho orang tua, akan jadi apa hidup kita ini?! Tentu tiada damai karena ridho orang tua adalah segalanya.

Hadhirin yang inshaAllah dimuliakan oleh Alloh...
            Berkenaan dengan bakti pada orang tua, ada sebuah cerita dari sahabta Umar R.A.. Suatu hari beliau didatangi oleh seorang lelaki. Lelaki tersebut adalah anak dari wanita renta yang lumpuh total. Ia bertanya pada Umar, “Ya Amirul Mukminin, apakah saya masih belum bisa membayar hutang budi pada ibu saya setelah saya merawatnya dengan baik selama berpuluh-puluh tahun?” Umar menjawab, “Belum! Kamu belum bisa membayar hutang budimu pada ibumu.” Lelaki itupun bingung kemudian bertanya lagi, “Kenapa wahai Umar? Padahal baktiku ini sangatlah besar dan berat!” Umar pun menjawab, “Kasih ibumu sangatlah berbeda dengan kasih yang kau miliki. Ketika kau kecil, ibumu merawatmu dengan penuh harap agar kau segera tumbuh besar melihat dunia. Namun kau merawat ibumu dengan harap agar ibumu segera kembali padanya dan beban yang kau rasa berat itu segera hilang! Masya Allah... Begitu kejamnya kasih yang kita miliki. Sangat jauh berbeda dengan kasih sayang ibu kita. Sungguh sebuah kedurhakaan besar jika kita sampai membuat orang tua kita setelah semua peluh yang mereka persembahkan untuk kita. Begitupun pada guru kita yang tak henti-hentinya membimbing kita, karena guru adalah orang tua kita setelah bapak dan ibu.

Hadhirin Walhadhirat Rahimakumullah...
Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang pengalah. Maka dari itu, mari kita belajar menyayangi serta menghormati orang tua serta guru selagi mereka ada. Karena jika mereka tinggal nama, penyesalan yang akan menyesakkan dada kita sepanjang hidup.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat untuk dunia akhirat kita. Mohon maaf jika ada khilaf. Undzur ma qola wa la tandzur man qola. Lihatlah apa yang disampaikan , jangan melihat siapa yang menyampaikan.

Wabillahi taufiq walhidaayah
Warridho wal inaayah
والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته

Naskah MC Pelantikan Fatayat NU

  Assalamualaikum wr. Wb الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ ، أَمَّا ب...