Jumat, 08 November 2019

Cerpen "Merupiahkan Jasa Bunda" Karya Najla Syifa Hudzaifah (Kumpulan Cerpen Siswa MA Abdulloh)


                                     Merupiahkan Jasa Bunda
            Kakak! Kakak! Kak Syilla.” teriak Bunda yang terdengar hingga ke penghujung kamar Syilla. Syilla yang saat itu sedang mengerjakan tugas, dengan segera menghampiri Bunda yang sedang memasak di dapur. “Iya,Bun.Ada apa?” tanya Syilla. “Kak, apa harus Bunda mengeraskan volume suara Bunda buat manggil Kakak? apa harus sampai 3 kali Bunda manggil Kakak, baru Kakak menghampiri Bunda?” ujar Bunda dengan tegas. Syilla hanya termenung dan berkaca-kaca ketika Bunda selesai membentaknya. “Iyaa Bun. Maafin Syilla, tadi Syilla lagi mengerjakan tugas, saking fokusanya jadi Syilla tak mendengar begitu jelas suara Bunda.”  jawab Syilla dengan terbata-bata. “Bunda harap, Kakak bisa memahami apa yang Bunda bilang, kakak harus menjadi anak yang berbakti. Yasudah, maafkan Bunda karena tadi sudah berkata kasar. Sekarang Bunda minta tolong Kakak buat jagainArsya, Bunda sayang Kak Syilla.” Bunda Ifa pun memeluk Arsyilla dengan hangat.
            Ya begitulah keseharian gadis cilik yang kini duduk di bangku SD kelas 3. Sebagai anak pertama dan mempunyai adik kecil yang bernama Arsya yang kini  masih berumur 2 tahun, Syilla di didik untuk menjadi seorang kakak yang baik dan mandiri, agar dapat menjadi teladan untuk adiknya.
Keesokan harinya...
            “Ayah, Bunda.. Syilla berangkat sekolah dulu ya! Assalamu’alaikum.” “Iya Nak,hati-hati ya.” ucap Ayah kepada Syilla. “Kak,yang fokus saat guru menerangkan pelajaran. Jangan jajan sembarangan, bekalnya di habiskan.” nasihat Bunda. “Ok Ayah, Ok Bunda!” jawab Syilla dengan semangat dan segera bergegas menuju sekolah.
            Panas mentari pun mulai menyengat tepat di atas kepala dan artinya jam pulang sekolah Syilla kini tlah tiba. Karena jarak antara rumah Syilla dengan sekolahnya berdekatan, Syilla biasa berangakat dan pulang sekolah bersama Latisya, teman sekelasnya, dengan berjalan kaki. Yang kebetulan rumah mereka berada dalam satu kompleks yang sama.  “Huhh.. panas banget ya hari ini.” keluh Syilla sambil mengusap keringat di dahinya. “Iya nih Syill,beli es yuk!” ajak Latisya kepada Syilla.Ketika merogoh saku seragamnya ternyata uang jajannya sudah habis. “Hmmm.. maaf kayakya aku gak beli es deh, kata Bunda gak boleh kebanyakan minum es. Gak baik buat kesehatan.” alasan Syilla kepada Latisya. Walaupun sebenarnya Syilla memang ingin membeli es, namun bagaimana lagi, uang jajannya memang sudah habis. Uang jajan Syilla memang relatif sedikit jika dibanding dengan teman-temannya. Ia hanya diberi uang saku Rp.3000,00. Bunda memang sengaja hanya memberi uang saku yang sedikit kepada Syilla, sebab Bunda mengajarkan Syilla agar bisa belajar hemat dan dapat menyisihkan sedikit uang sakunya untuk ditabung. Walaupun sebenarnya Syilla terlahir dari keluarga yang berkecukupan.
Sesampainya di rumah...
            “Assalamu’alaikum.Bun,Syilla pulang.” ucap Syilla dengan suara yang terdengar lelah. “Wa’alaikumsalam.segera ganti baju Kak, shalat dzuhur, setelah itu makan siang.” perintah Bunda. “Iya,Bun.” jawab Syilla seraya menuju kamar. Setelah selesai makan, Bunda memanggil Syilla. “Kakak!” “Iyaa Bun.” jawab Syilla, “Kak, Bunda minta tolong nanti sore antarkan pesanan kue ke rumah Bu Milla, setelah itu Kakak bantu Bunda beresin rumah ya!” ungkap Bunda sambil menyelesaikan pembuatan kue pesanan. “Iya Bunda.” jawab Syilla.
Bunda Ifa memang memiliki usaha kue kecil-kecilan yang telah dirintis 1 tahun belakang. Tak jarang Syilla juga ikut serta membantu Bunda membuat kue atau sekedar mengantarkan pesanan. Karena hal tersebut, Syilla ingin menjadi seorang koki. Syilla adalah anak yang patuh, Syilla tak pernah membantah nasihat Ayah dan Bunda. Syilla juga anak yang rajin, sopan dan cerdas. Tak heran jika Syilla selalu mendapatkan peringkat 1 di kelasnya. Begitupun dengan Ayah dan Bunda, beliau adalah orangtua yang tegas dan bijak dalam mendidik anak-anaknya. Sehingga, Syilla tumbuh menjadi gadis cilik yang berakhlakul karimah.
            Mentari mulai menyembunyikan sinarnya dan bulan mulai menyapa sang bintang. Seusainya belajar, Syilla bergegas tidur. Ia terlihat begitu lelah. Yap tentu saja, hari ini dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang menguras tenaga Arsyilla.
            Embun yang menebarkan bau asa mulai hadir di pagi buta. “Kringg.. kringg.. kringg..” alarm berbunyi tepat pukul 04.30 WIB, bunyi alarm yang selalu membangunkan si cantik Syilla di setiap paginya. Syilla pun segera mandi dan melaksanakan shalat subuh. Setelah shalat subuh, Syilla membantu Bunda untuk membersihkan rumah, walaupun hanya pekerjaan-pekerjaan ringan saja. Seperti menyapu, membersihkan kaca dan membantu Bunda menyiapkan sarapan.
Pukul 06.15 WIB
            “Ayah,Kakak... Ayo sarapan!” ajak Bunda seraya membersihkan piring dengan kain lap. “Bun,hari ini Ayah pulang lebih malam. Soalnya, ada meeting dengan client.” Ungkap Ayah. “Iya Yah, semoga lancar ya Yah.” harap Bunda. “Aminnnnnnn....” ucap Ayah dan Syilla serentak. “Ohiya Kak, karena nanti Ayah pulang malem. Kakak ikut Bunda ke pasar yuk! buat beli bahan-bahan kue.” ajak Bunda bersemangat. “Siap Bunda!” jawab Syilla dengan senyum manisnya. Karena Syilla berfikir jika ia membantu Bunda membuat kue sejak dini, ia akan menjadi koki yang hebat nantinya.
            Sore pun tiba, Bunda Ifa dan Syilla segera bergegas ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Setelah mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan, mereka segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah,pukul 17.00 WIB
            Bunda mulai mempersiapkan peralatan untuk membuat kue, saat itu Bunda yang begitu kerepotan dan untuk kesekian kalinya Bunda meminta tolong kepada Syilla untuk menjaga Arsya, yang saat itu sedang bermain lego di kamar. “Kak,tolong jagain Arsya ya.” Minta Bunda. “Siap Bun.” Jawab Syilla pada Bunda.
            Setelah itu, Syilla pun bergegas ke kamar untuk menjaga Arsya yang sedang bermain lego, dan Syilla juga ikut bermain dengan boneka panda dan beruang kesukaannya. Semakin lama Syilla semakin asyik dengan dunia imajinasinya, sampai-sampai ia lengah terhadap Arsya.Dan tiba-tiba, “Brukkkkkk...!” terdengar suara sesuatu yang terjatuh. Setelah Syilla menoleh ke arah belakang, dan ternyata... suara itu berasal dari Arsya yang terpeleset mainan lego yang berserakan di lantai kamar dan membuatnya menangis begitu kencang. Sampai-sampai Bunda Ifa terkejut dan menghampiri. “Ya Allah.. Arsya!” teriak Bunda yang amat terkejut dengan kejadian itu. Dan Bunda segera menggendong Arsya serta membuatnya tenang. “Kakak gimana sih! kan Bunda minta tolong Kakak untuk menjaga Arsya, kok malah ceroboh seperti ini?!” amarah Bunda yang meluap-luap. “Ma.. maaf Bun,Syilla gak tau kalau Arsya terjatuh.” jawab Syilla dengan terbata-bata. “Kalau Bunda minta tolong yang amanah dong kak!” nasihat bunda dengan nada tinggi kepada Syilla. “Iya Bun,maafkan Syilla.” jawab Syilla dengan perasaan bersalah.
Setelah kejadian itu, tak terasa adzan magrib telah berkumandang. Bunda Ifa dan Syilla pun melaksanakan shalat magrib berjama’ah. 

Waktu menunjukan pukul 19.00 WIB
            Saat Arsya telah tertidur lelap, Bunda mulai menyiapkan bahan-bahan pembuatan kue, untuk segera mengolahnya agar lekas selesai. Karena besok pagi harus di antarkan kepada Bu Ita, pemesan kue. “Kakak..! tolong ambilkan ini.. Kakak! tolong ambilkan itu..!!” perintah Bunda kepada Syilla. Setelah Syilla selesai membantu Bunda, Syilla yang terlihat sangat lelah,segera memasuki kamarnya. “Kenapa sih Bunda selalu minta tolong kepadaku? minta tolong ini, minta tolong itu. Kayaknya ada aja pekerjaan yang harus aku lakukan, padahal Bunda kan tau kalau terkadang aku masih lelah dengan kegiatan-kegiatanku yang lain. Belum lagi harus mendapat omelan di setiap harinya, selalu aku di anggap salah. Dan lagi-lagi Arsya  yang selalu di bela. Apa Bunda emang gak sayang aku?” gumam Syilla dalam hati dengan ekspresi cemberut. “Hmmm.. kalau gini caranya, mending aku buat daftar harga saja deh.” Fikir polos Syilla dengan wajah bahagia. Tanpa fikir panjang, ia pun segera membuat daftar harga yang esok akan ia berikan kepada Bunda Ifa.
                      
Dari     Arsyilla                                                                                        Untuk   Bunda
1.      Jagain adek                                       : Rp.3000
2.      Membereskan rumah                        :Rp.3000
3.      Mengantarkan pesanan kue           :Rp.2000
4.     Menyapu                                           :Rp.2000
5.      Membersihkan kaca                         :Rp.2000
6.     Membantu Bunda ke pasar             :Rp.2000
7.     Membantu membuat kue                 :Rp.3000
Oke.. makasih Bunda J



            Keesokan harinya surat ini pun di berikannya kepada Bunda, seraya pamit berangakat sekolah. “Bun, ini surat buat Bunda. Tapi bacanya setelah Syilla berangkat ya Bun.” ungkap Syilla dengan gugup dan perasaan yang tidak karuan. Namun, ia tetep mengharapkan rupiah-rupiah tersebut diberikan Bunda kepadanya. Setelah Syilla bergegas menuju sekolah, Bunda mulai membaca suratnya. Ketika Bunda membaca surat pemberian Syilla, Bunda Ifa hanya tersenyum. Setibanya Syilla pulang sekolah dan tiba di rumah, Bunda Ifa membalas suratnya dan memberikannya kepada Syilla.
 Dari    Bunda yang selalu menyayangi Syilla                    
 Untuk  Syilla tersayang             
1.      Mengandung selama 9 bulan                      :  GRATIS
2.      Melahirkan Syilla                                        :  GRATIS
3.      Menyusui Syilla                                          :  GRATIS
4.     Menggendong Syilla                                   :  GRATIS
5.      Membesarkan Syilla                                    :  GRATIS
6.     Mendidik Syilla                                           :  GRATIS
Bunda mencintai Syilla,tulus tanpa syarat

L

ove,Bunda..



 




            Setelah Syilla membacanya, tak terasa air mata jatuh di kedua pipinya. Ia segera menghampiri Bunda dan memeluknya dengan erat. Kini Syilla memahami dan mengerti, bahwa segala nasihat dan perintah yang di lantunkan Ayah dan Bunda adalah bentuk kasih sayang beliau kepada Syilla, dan semata-mata agar Syilla menjadi anak yang mandiri dan berbakti kepada kedua orang tua. “Bunda maafin Syilla ya...” ungkap Syilla yang berderai air mata. “Iya Sayang, Bunda sayang banget sama Syilla.” jawab Bunda seraya mengelus lembut rambut panjang Arsyilla. “Terimakasih Bunda,atas kasih sayang yang tak pernah usai, nasihat-nasihat yang Bunda lantunkan setiap waktu, hingga menjadikanku lebih baik lagi. Arsyilla sayang Bunda!” ungkap Syilla kepada Bunda.
            Akhirnya, Arsyilla mengerti arti yang sesungguhnya jasa orang tua, terutama seorang Ibu. Kasih sayang dan jasa orang tua tidak dapat di bandingkan dengan apapun, bahkan jika kita memiliki emas sebesar gunung Hud pun tidak dapat menandinginya.


Cerpen ini di buat oleh Najla Syifa Hudzaifah,ia lahir di Bekasi,17 Juni 2001.Kini ia duduk di kelas XI IPS,MA ABDULLAH,Kediri,Jawa Timur. Semoga pembaca tertarik dengan cerpen ini dan kita semua dapat memetik hikmah di dalamnya.

Selasa, 15 Oktober 2019

Cerpen "Misteri Sebuah Peta" karya Saniya Habibah (Kumpulan Cerpen Siswa MA Abdullah)


                  MISTERI SEBUAH PETA

(sumber : http://www.misterifaktadanfenomena.com)



          “Lihat udah jam berapa ini? Udah berangkat aja, nanti keburu siang!” ucap Soni dengan menunjuk jam tangan yang ia gunakan disertai dengan wajah yang sedikit kesal. “Iya, sebentar lagi. Dito masih belum datang,kita harus tunggu dia!” jawab Lili dengan nada lembut. Bukannya menjawab apa yang dikatakan oleh Lili, Soni malah langsung masuk mobil dengan wajah yang marah. Soni merupakan seorang lelaki yang memiliki sifat kurang sabar dan keras kepala. Dia suka marah-marah jika ada temannya yang kurang tepat waktu. Saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.10 WIB. Teman-teman Dito masih tetap menunggu Dito yang belum datang.
        Tak lama kemudian akhirnya Dito telah datang dengan terengah-engah. “Maaf teman-teman, aku datang terlambat. Tadi aku bangun kesiangan.” ucap Dito dengan penuh penyesalan. “Ya nggak apa-apa. Lain kali tidurnya jangan malam-malam,!”nasehat Sima kepada Dito.”Iya. Sekali lagi aku minta maaf ya teman-teman!”.  “Udah-udah ayo kita berangkat!”ucap Soni ketus.

       Setelah Dito datang, mereka pun berangkat untuk melakukan kegiatan yang telah menjadi hobi mereka, yaitu mendaki sebuah gunung. Kali ini mereka mendaki sebuah gunung di kawasan Jawa Barat.
       Mereka berangkat dengan menggunakan mobil milik Soni. “Jangan lupa banyakin baca sholawat ya teman-teman dan usahakan pikiran kita jan sampai kosong!” ucap Sima dengan meyakinkan teman-temannya. “Iya, makasih ya udah diingatkan!” balas Lili dengan tersenyun.

      Hampir setengah jam perjalanan dengan menggunakan mobil Soni, akhirnya mereka telah sampai disalah satu desa terdekat gunung tujuan mereka. Mereka meminta izin kepada ketua RT Desa tersebut untuk menitipkan mobil Soni. “Pemisi, Pak. Sebelumnya kami meminta maaf karena telah menggangu bapak sebentar. Kami kesini mau meminta izin untuk menitipkan mobil kami, Pak. Apakah diperbolehkan, Pak ?” kata Soni seraya bersalaman dengan Pak RT dan diikuti oleh 5 sahabatnya. “Iya, Mas. Tentu saja diperbolehkan. Kalau boleh tahu memangnya mas-mas dan mbak-mbak ini mau kemana ?” tanya Pak RT kepada 6 orang sahabat tersebut. “Begini,Pak. Kami ingin melakukan pendakian gunung dekat desa ini.” Jawab Dito. “Kalau boleh saya sarankan,leih baik kalian hati-hati. Dan jika nanti kalian tersesat,jangan segan-segan untuk menghubungi saya” ucap Pak RT sambil memberikan kertas yang berisikan nomor teleponnya kepada Dito. “Iya, Pak. Terima kasih atas kesediaan bapak untuk membantu kami. Nanti kalau ada apa-apa kam pasti akan menghubungi bapak. Sekali lagi terima kasih ya Pak atas bantuannya!” kata Sima mewakili teman-temannya dengan penuh rasa hormat.

         Matahari mulai menunjukkan wajahnya dari arah timur dengan suasana pagi yang masih segar, mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Mereka menyusuri jalan di desa tersebut dengan berbincang-bincang dengan satu sama lain. “Hmm. Subhanalloh seger banget ya hawa disini. Beda banget sama hawa dikota” ucap Dina dengan menikmati suasana pedesaan yang masih segar. “Iyalah. Di kota kan udah banyak polusinya, kalau disini kan pohon-pohon masih banyak”jawab Soni. “Iya, aku jadi pingin pindah didesa aja ya” ujar Dina kepada teman-temannya. “Iya, aku juga” sahut Sima.

         “Nah, kita udah sampai di lereng gunung nih, masih kuat semua kan?”ucap Dito kepada teman-temannya dengan wajah gembira. “Masihlah, Dit. Inikan belum dimulai, kita masih kuat kog!” jawab semua cewek dengan spontan. “Ayo kita lanjut. Bismillahirrohmanirrohim !!” sahut para cewek dengan penuh semangat. Mereka memulai pendakian dari lereng gunung tersebut dengan penuh semangat.

         “Naik-naik kepuncak gunung, tinggi –tinggi sekali..haahaha” Soni dan teman-temannya bernyanyi disertai canda gurauan yang saling bersautan. “Oiya teman-teman, kalian tadi udah makan belum?” tanya sima kepada teman-temannya. Sima merupakan sosok sahabat yang sangat erhatian kepada teman-temannya. Dia juga suka membantu jika ada temannya yang sedang mengalami kesulitan. “Aku sudah” jawab Soni,Dito, dan Mia dengan senyum. “Aku belum” jawab Lili dan Dina dengan memasang wajah sedikit kecut. “Lhoh! Kok belum makan sih. Nanti kalian kuat nggak ? Ini masih jauh banget loh perjalanan kita.” kata Mia dengan penuh perhatian kepada Dina dan Lili. Sama halnya dengan Sima, Lili juga merupakan sosok sahabat yang perhatian kepada teman-temannya. “Kuat kog Mia .Tenang aja, kita kan orangnya strong. Iyakan,Li ?hahahaha” kata Dina dengan sedikit gurauan. “Iya,bener banget kamu,Din.” sahut Lili. “Ya udah nanti kalau lemes atau ada apa –apa, bilang aja sama kita-kita” lanjut Mia dengan tersenyum.

         Di perjalanan menuju puncak gunung,mereka mengalami permasalahan. Jalan yang mereka lewati terlalu menanjak, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk bisa naik ke atas. Tetapi mereka tidak putus asa, mereka saling membantu satu sama lain agar bisa naik menuju puncak gunung. “Dito dito tolongin dong! Enggak bisa  naik nih” gerutu para cewek kepada Dito. “Hmm. Gitu aja gak bisa naik!”jawab Dito dengan menggelengkan kepala disertai dengan ekspresi muka datar.
     Setelah Dito diam sejenak, akhirnya Dito mau menolong Dina dan teman-teman perempuan lainnya. “Hmm. Ya udah aku tolongin,ayoo!”ujar Dito dengan sedikit senyuman diwajahnya. “Makasih, Dito” serentak para cewek menjawab ucapan Dito dengan tersenyum.

     Sesampainya ditengah pendakian menuju puncak, mereka menghentikan perjalanan untuk beristirahat sejenak guna menstabilkan tubuh mereka yang kelelahan. Disela-sela itu Dina dan Mia melihat-lihat pemandangan dari atas gunung “Subhanalloh indah banget ya pemandangannya, Din. Ayo kita selfi dulu!” kata Sima dengan tertawa. Mereka mengabadikan peristiwa pendakian mereka dengan foto bersama. Namun, disaat mereka sedang asyik berfoto, Mia dan Dina melihat awan gelap yang tebal dari kejauhan sebagai pertanda akan turun hujan yang lebat. “Mia mia lihat itu awannya gelap banget. Kayaknya mau turun hujan deh!” ucap Dina dengan sedikit panik. Mereka berdua langsung menemui teman yang lainnya dan memberitahukan bahwa hujan akan segera turun.
     Kemudian mereka bergegas untuk melanjutkan pendakian  mereka dan melihat kesana-kemari apakah ada rumah kosong  yang bisa digunakan untuk berteduh.
     Hujan mulai turun sedikit demi sedikit. Mereka mulai panik tak karuan “Hey, gimana ini ? hujannya udah turun!” ucap Lili dengan panik. “Teman-teman, itu kayaknya ada rumah. Ayo kita kesana aja!” ucap Soni dengan menunjuk dari kejauhan sebuah rumah tua yang tampaknya sudah tak berpenghuni. “Enggak ah, serem tau. Jangan- jangan nanti ada hantunya lagi. Hii!” Jawab Dina dengan gaya sok ketakutan. “Udah deh,enggak usah lebay kayak gitu. Hujan makin lebat nih, kamu mau kehujanan ?!” kata Sima dengan ketus.

      Mereka mulai berlarian untuk memasuki rumah tua tersebut. “Ayo kita masuk, siapa tahu di dalam ada orangnya!” ajak Soni kepada teman-temannya. “Assalamu’alaikum. Apa ada orang?” Lanjut Soni dengan langsung membuka pintu yang sudah sedikit usang dimakan rayap. Mereka masuk kedalam rumah tersebut dan mencari-cari apakah ada orang yang tinggal dirumah itu . Bukannya orang yang mereka temukan, tetapi mereka menemukan sebuah peta kecil yang berisikan sebuah peta misterius. “Lihat, ini kayaknya peta deh!” kata Lili dengan menunjukkan peta yang dibawanya. “Peta apa?” tanya Sima kepada Lili. “Enggak tau. Buka aja ya!” kata Lili kepada teman-temannya sambil membuka peta tersebut. Peta tersebut ternyata berisikan petunjuk arah ke sebuah tempat yang  belum pernah diketahui oleh orang-orang secara umum. “Ini kayaknya tempat rahasia deh. Kalau enggak rahasia gak mungkin sampai dibuat peta kayak gini. Gimana kalau kita ikuti peta ini? Nanti kita upload tempat apa ini, orang-orang biar pada tau.” saran Dito kepada teman-temannya. “Enggak usah aneh-aneh deh, Dit. Jangan-jangan ini tempat mistis. Mending gak usah kesana deh!” jawab Dina dengan berpikiran yang tidak-tidak. “Jangan gitu, Din. Kita ini udah enggak tau arah kemana-mana nih. Kalau kita ikuti arah peta ini, siapa tahu kita bisa menemukan sebuah tempat rahasia trus kita juga bisa pulang” lanjut Dito.
      “Hujannya udah reda tuh. Kalian mau melanjutkan kegiatan ini nggak?” ucap Soni. “Jalan satu-satunya kalau kita tetap mau melanjutkan perjalanan ini, kita harus ikuti arah peta ini.” Lanjut Soni dengan menunjuk peta yang dibawa Lili. Mereka keluar dari rumah tersebut dan  memastikan suasana yang ada di sekitar hutan tersebut.

     Langit kembali menunjukkan suasana cerah dan matahari kembali bersinar terang. Setelah saling memperdebatkan tentang peta yang ditemukan. Akhirnya, mereka setuju untuk tetap melanjutkan perjalanan mereka dengan mengikuti arah peta tersebut. Jalan yang mereka lalui menjadi sangat licin, karena baru saja diguyur hujan. Brukk! Terdengar ada suara orang yang sedang terjatuh. Setelah ditengok kebelakang, ternyata Dina terjatuh  “ A.. Aaduuhh. Kakikuu..” ujar Dina sambil memegang kakinya. “Ada apa,Din?” serentak semuanya dengan nada panik. “Sepertinya kakiku terkilir” jawab Dina dengan nada kesakitan. Semua langsung ambil bagian untuk segera menolong Dina yang sedang kesakitan.

     Beberapa menit kemudian Dina sudah bisa berjalan secara normal kembali “Gimana masih sakit nggak, Din??” tanya Sima. “Ya, udah nggak sakit lagi kok.  Ayo kita lanjut lagi!”. Mereka melanjutkan perjalanan dengan penuh hati-hati dengan harapan tidak ada yang terjatuh kembali.

        Beberapa jam telah berlalu, mereka akhirnya telah sampai pada titik terakhir tempat yang ditunjukkan oleh peta tersebut. Ternyata, tempat yang ditunjukkan yaitu sebuah kawasan air terjun yang belum pernah diketahui oleh orang secara umum. Pemandangannya pun masih asli belum ada sampah-sampah yang menandakan ada orang yang mengunjungi tempat tersebut. Disamping air terjun terdapat gua yang berisikan buku-buku atau batu-batu  yang ada tulisan dengan menggunakan huruf pallawa. Hal itu menandakan bahwa dalam gua tersebut pernah terjadi siklus sejarah pada zaman dahulu kala.
      Mereka mengambil foto tentang hal itu dan menginformasikan kepada pihak berwenang yang bertugas mengurusi siklus sejarah pada zaman dahulu yang pernah terjadi di Indonesia, agar siklus sejarah yang belum diketahui tersebut bisa terurus kembali.

      Mereka melanjutkan kegiatan mereka dengan menikmati keindahan pemandangan air terjun. “Ayo kita main-main air apa nyebur ke air gitu. Jangan sampai kita lewatkan moment ini!” ajak Mia kepada teman-temannya.
         Tidak terasa hari mulai senja, mereka masih terlalu asyik menikmati keindahan dan keasrian air terjun tersebut. Dan mereka memutuskan untuk mendirikan tenda di dekat air terjun tersebut guna beristirahat setelah sehari penuh melakukan kegiatan pendakian.
          Malam harinya mereka membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan. Disela-sela itu, Soni asyik dengan memainkan gitar kecilnya sambil menyanyikan sebuah lagu kesukaanya.
            Malam semakin larut,hawa disekitar air terjun semakin dingin. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menghempaskan tubuh mereka masing-masing ditenda yang telah mereka dirikan.
       Keesokan harinya mereka berkemas-kemas untuk  melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah.

                  Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa dalam keadaan apapun,senang maupun sedih, seorang sahabat akan selalu bersama kita. Merekalah yang membantu kita disaat kita mengalami kesulitan. Kita juga tidak boleh berburuk sangka terhadap sesuatu yang belum kita ketahui kebenarannya.



Tentang penulis:
    SITI SANIYAH HABIBAH
   Panggilan akrabnya Saniya Habibah. Gadis yang tinggal di daerah Kediri ini selain sibuk menulis, sehari-harinya masih tercatat sebagai salah satu siswi MA Abdulloh,Kediri. Ia termasuk siswa yang aktif dalam kepramukaan di sekolahnya. Ia juga pernah menjuarai beberapa kali dalam olimpiade Sains dan Agama.

Cerpen Betapa Pentingnya Persahabatan (Kumpulan Cerpen Siswa MA Abdullah Mojo Kediri)

 BETAPA PENTINGNYA PERSAHABATAN
Pada tanggal 1 November terbentuklah group rebana yang terdiri dari 10 personil dan satu pelatih.
Waktu pelatih mengajak berkumpul kami berunding ingin meminta dukungan dan kerjasamanya untuk mengompakkan group rebana ini.
Pak Bagas sebagai pelatih kami, dia mengajak semua untuk berkumpul.
Pak Bagas “Ham, tolong nanti Nanda, Firsta, Tio, Adi, Ayu, Farida, Nafisa, Sari, Novita tolong kamu ajak berkumpul di musholla ya..”
Hamdan “Iya pak, siap” .Setelah itu Hamdan pergi ke rumah Tio, ternyata anak-anak sedang berkumpul di rumah Tio, lalu Hamdan menghampiri. Hamdan “Hai Tio..”
Tio “Hai Hamdan, dari mana kamu?” (tanya Tio) .Hamdan “Saya dari rumah Pak Bagas tadi”
Tio bertanya “Ada apa kok tumben dari rumah Pak Bagas?” Hamdan “Oh iya, tadi Pak Bagas bilang ke saya katanya arek-arek diminta bantuan ikut mendukung dan bekerjasama untuk mengompakkan group hadroh”
Tio menjawab “Iya siap, kapan mulainya latihan?”
Hamdan “Nanti sore kita berkumpul di musholla jam 15.00” .“Iya...” saut Tio.
Hamdan  “Yaudah kalau begitu aku pulang dulu ya Tio” Tio “Oke, hati-hati Hamdan” .Hamdan “Iya”
Setelah itu Hamdan langsung bergegas pulang dengan cepat. Lalu, waktu pukul jam 15.00 tepat Hamdan dan teman-teman berangkat ke musholla, lalu Pak Bagas datang.
Pak Bagas  “Assalamu’alaikum..” Anak-anak “Wa’alaikum salam, pak”  “Ini sudah kumpul semua atau belum?” tanya Pak Bagas.
“Sudah kumpul semua, pak...” sahut Hamdan
Pak Bagas bertanya “Bagaimana setuju atau tidak kalau kita mengompakkan group kita lagi, dengan cara ikut lomba?”
“Iya pak, saya setuju banget” sahut Tio(dengan senang).
Lalu anak-anak bergegas latihan. Tepat jam 16.00 latihan sudah selesai, lalu anak-anak bermusyawarah untuk mengikuti lomba. Waktu pertama anak-anak mengikuti lomba kami sangat bersemangat sekali. Lomba pertama sudah terlewati, walaupun tidak dapat juara tetapi kami tetap semangat.
Hamdan memanggil pak Bagas “pak Bagas...” Pak Bagas menjawab  “Iya Hamdan, ada apa?”
“Pak, mohon maaf, kami tidak bisa membuat Bapak bangga” ucap Hamdan
“Tidak apa-apa Ham, yang penting kalian sudah menunjukkan bakat kalian, saya sudah bangga” ucap pak Bagas
“Iya pak...” jawab Hamdan. “Ham, tolong temannya dikasih tahu latihan kita tetapkan hari jum’at sore” ucap Pak Bagas. “Iya pak, nanti kita latihan lagi ya pak?” ucap Hamdan
“Oke, kumpul jam 15.00” kata pak Bagas “Iya pak” jawab hamdan
Anak-anak datang ke musholla tepat jam 15.00 sambil menunggu pak Bagas datang, sesaat kemudian pak Bagas datang.
“Assalamu’alaikum” ucap pak Bagas “Wa’alaikum salam” sahut anak-anak
“Ayo kita mulai latihannya” ucap pak Bagas “Iya pak” sahut anak-anak
Beberapa saat kemudian datang Bapak RT yang ingin mengundang group rebana kami untuk ikut memeriahkan acara desa.
“Pak, mohon maaf mengganggu waktunya sebentar” ucap pak RT
“Iya pak, tidak apa-apa, ada apa ya pak?” tanya pak Bagas
“Saya ingin anak-anak memeriahkan acara desa, bisa kan pak?” ucap pak RT
“Iya pak, bisa. kalau boleh tahu acaranya malam atau pagi pak?” ujar pak Bagas
“Malam pak” jawab pak RT “Oke, bisa pak” sahut pak Bagas
“Oke terima kasih pak, makasih atas kerja samanya” ucap pak RT
(sambil bersalaman) “Iya, sama-sama pak” jawab pak Bagas
Setelah group rebana ini beberapa kali tampil di desa-desa tetapi anak-anak belum puas dengan penampilan mereka. Dan akhirnya mereka mengikuti perlombaan di STAIN Kediri dengan acara milad STAIN.
“Pak, Bulan depan akan ada lomba di STAIN Kediri, anak-anak ingin mengikutinya pak, bagaimana pak?” ucap Hamdan .Lalu pak Bagas bertanya “Apakah semuanya sudah siap untuk mengikutinya?”
“Iya pak siap, kita berusaha dulu pak” ucap Hamdan
“Oke kalau begitu saya siap untuk mendaftarkan” saut pak Bagas
Sudah hampir mendekati hari untuk perlombaan, semua anak-anak sudah terlihat siap dan senang.
“Besok kita berangkat jam 17.00” ucap pak Bagas
“Iya pak” sahut anak-anak
Dan sampainya di lokasi langsung masuk ke musholla untuk siap-siap dan untuk menunggu giliran.
Setelah perlombaan itu selesai entah kenapa Nafisa tidak puas dengan penampilan itu dan Nafisa menyalahkan Farida “Far, kenapa kamu kok tidak bisa kompak?” ucap nafisa (dengan suara keras)
“Maaf, saya jarang ikut latihan makanya saya salah terus” ucap Farida (dengan merasa bersalah)
“Gara-gara kamu, kita jadi kalah” sahut Nafisa .“Maaf karena saya, kalian semua menjadi malu dan kalah” ucap Farida (sambil menangis)
“Udah gak usah bertengkar yang penting kalian sudah berani menunjukkan bakat kalian” sahut pak Bagas
“Nggak bisa gitu dong pak, dia kan salah, gara-gara dia kita menjadi kalah” sahut Nafisa (dengan suara keras) .“Tapi Farida sudah mengakui kalau dia salah” sahut pak Bagas
“Sudahlah gak usah bertengkar” sahut Hamdan “Kita coba lain kali untuk mengikuti perlombaan lagi” sahut pak Bagas
“Gak pak, saya tidak mau ikut lomba lagi” sahut Nafisa sambil pergi
“Pak, bagaiman ini, Nafisa terlalu keras kepala, dia ingin selalu menang sendiri, dan tidak mau disalahkan” sahut Hamdan
“Nanti saya akan menemui Nafisa, tolong kamu hibur Farida dulu” ucap pak Bagas
“Iya pak” sahut Hamdan (lalu Hamdan pergi).
Sesaat Hamdan hendak pulang ke rumah, dia bertemu dengan Nafisa di jalan, dia ingin menghampiri Nafisa, tetapi Nafisa langsung pergi saat melihat Hamdan.
“Naf, tunggu sebentar, saya mau berbicara sama kamu” ucap Hamdan (sambil berlari)
“Ada apa Ham?” sahut Nafisa
“Tolonglah maafin Farida, dia tidak bersalah” ucap Hamdan
“Maaf, saya tidak bisa” ucap Nafisa (sambil pergi meninggalkan Hamdan)
“Tolong kamu jangan keras kepala gitu, kita sudah hampir 1 tahun kita bersahabat, jangan gara-gara masalah sepele lalu persahabatan kita rusak” ucap Hamdan
“Saya tahu  itu, kita memang sudah bersahabat lama, tapi Farida tidak bisa mengerti keinginan pak Bagas” sahut Nafisa
“Saya tahu, pak Bagas itu ingin kita membuat bangga dan membawa nama baiknya tetapi kita saja kurang belajarnya” ucap Hamdan
“Gara-gara dia kita kalah” ucap Nafisa (sambil marah)
“Udahlah masalah sepele jangan dibuat gede, kita udah dewasa, sebaiknya kita lupakan masalah ini dan kita memulai dari awal lagi” ucap Hamdan
“Iya maaf, gara-gara aku group kita hampir bubar” ucap Nafisa (sambil menangis)
“Iya, tidak apa-apa” ucap Hamdan
Tepat tanggal 1 November milad group kami, dan Nafisa ingin mengajak teman-temannya untuk mengadakan syukuran bersama, dia ingin meminta maaf dia menyadari kesalahannya.
“Ham, saya mau meminta maaf kepada kamu” ucap Nafisa (dengan rasa bersalah)
“Iya, tidak apa-apa kok sa...” ucap Hamdan .“Saya mau mengajak teman-teman untuk mengadakan tumpengan” sahut Nafisa
“Acara apa memangnya sa?” tanya Hamdan .“Acara milad Ham” sahut Nafisa (dengan perasaan senang)
“Oh iya, saya lupa, iya nanti saya usulkan ke pak Bagas dulu” sahut Hamdan
“Oke nanti kabari saya ya Ham..” sahut Nafisa
Setelah Nafisa dan Hamdan berbincang-bincang tentang masalah milad ternyata semua anak setuju. Akhirnya mereka bersama mengadakan tasyakuran milad. Dan mereka berjanji untuk tetap saling menjaga persahabatan. Dan akhirnya mereka selalu mengikuti setiap perlombaan dan Nafisa pun sadar betapa pentingnya sahabat. Sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka kita.
Persahabatan yang baik menyadari akan kesalahan sahabatnya meskipun sahabat yang lain lebih baik tetapi bersatu dan menyelesaikan dengan musyawarah.


 Umi Nur Hayati yang lahir 17 tahun yang lalu. Kini ia sekolah di MA ABDULLOH sekarang kelas XI IPA.

Jumat, 11 Oktober 2019

CONTOH PROPOSAL KEGIATAN ISRA' MI'RAJ






PROPOSAL KEGIATAN
PELAKSANAAN LOMBA-LOMBA 
PERINGATAN ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD





Nama Kelompok:
Ahmad Zulfikar Jauhari
Moh. Abdurrohman Wahid
M. Khoirul Aziz
M. Feri Lukman Hakim
M. Alfin Fadilah







A.  PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Agama islam mempunyai banyak hari-hari besar yang setiap tahun di peringati. Salah satunya adalah peristiwa Isra’ Mi’rajmerupakan runtutan peristiwa perjalanan nabi Muhammad S.A.W. yang dimulai dari masjidil haram menuju sidrotul muntaha untuk menerima perintah menjalankan ibadah sholat.
Peringatan isra’ mi’raj memiliki banyak manfaat diantaranya untuk mendekatkan diri  kepada allah swt. Selain itu, peringatan isra’ mi’raj mempunyai manfaat untuk mempererat tali persaudaraan umat islam untuk lebih giat dalam menjalankan ibadah sholat.
Namun, saat ini kalangan pemuda tidak banyak yang menggemari kegiatan religius. Mereka sibuk dengan kegiatannya sendiri, bahkan banyak dari mereka yang sudah lupa dengan hari besar islam.
Oleh karena ittu, perlu diadakan kegiatan yang dapat menarik pemuda supaya dapat mengetahui tentang makna hari besar islam.

2. Tujuan Kegiatan

Mempererat tali persaudaraan antar umat islam
Sarana hiburan untuk masyarakat
Memberikan edukasi kepada kalangan pemuda tentang makna dari hati besar islam isra’ mi’raj.

B.  Isi Proposal
1. Tema

Tema yang di usung dalam kegiatan ini yaitu “SEMARAK ROJAB” dimana peserta putri memakai gamis dan yang laki-laki memakai baju putih dan bersarung

2. Macam-macam Kegiatan

Adapun kegiatan yang akan kami laksanakan, yaitu lomba ceramah/ da’i, lomba MTQ, lomba kaligrafi, dan lomba adzan

3. Peserta

Peserta yang terlibat dalam acara ini yaitu semua warga yang tinggal di wilayah kota Kediri dan berusia minimal 12 tahun sampai 18 tahun.

4. peralatan Yang Dibutuhkan

panggung
microfon
speaker/ sound system
spanduk
peralatan lomba

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini, di laksanakan pada tanggal, 20 Februari 2019 pukul 08.00 – selesai di masjid an-nasrulloh Kota Kediri

6. Susunan Acara

07.00 – 07.15 : Cek kehadiran para peserta
07.15 – 07.30 : Pembukaan
07.30 – 08.00 : Sambutan-sambutan dari ketua cabang NU Kota Kediri, panitia dan Bupati Kota Kediri
08.00 – 16.00 : Acara kegiatan lomba-lomba
16.00 – 17.00 : istirahat dan pembagian konsumsi
17.00 – 17.30 : penyerahan hadiah dan penghargaan
17.30 – 18.00 : penutup

7. Susunan Kepanitiaan

Penanggung Jawab : M. Abdul Qadir .mpd
Ketua Panitia : M. Poniran S.H
Sekretaris : Hanum Mustika Sari ,spd.i
Bendahara : M. Setyo Suryo Pandeglang ,spd.i
Seksi Acara : Sholikin Ardiansyah
Seksi Dana Usaha : Ahmad Junet
Seksi Humas :Yuliana Safitri
Seksi Keamanan : Sentot Kurniawan
Seksi Dokumentasi : Reva Melani
Seksi Peralatan : Hadi Haryono

8. Anggaran Dana

Sewa panggung : Rp. 3.500.000
Peralatan lomba : Rp. 2.000.000
Penataan panggung : Rp. 1.000.000
Spanduk : Rp. 100.000
Konsumsi :
-Panitia = 10 x Rp. 15.000 : Rp. 150.000
-Undangan = 15 x Rp. 15.000 : Rp. 225.000
-Peserta = 100 x Rp. 15.000 : Rp. 1.500.000
Total
: Rp. 1.875,000


Hadiah
- 4 x Rp. 225.000 : Rp. 900.000



C.  Penutup

Demikian proposal ini kami buat. Kami mengharapkan dukungan dan partisipasi bapak dan ibu supaya acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan. Atas perhatian dan kerja sama bapak dan ibu. Kami uapkan Terima kasih.




Kediri, 07 Januari 2019
Ketua Panitia sekretaris



(M. abdul Qadir Mpd.) (Hanum Mustika Sari ,spd.i

Naskah MC Pelantikan Fatayat NU

  Assalamualaikum wr. Wb الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ ، أَمَّا ب...