Jumat, 07 Januari 2022

Novel - Pengertian, Sejarah, Nilai dan Jenis Novel





     Hai sahabat Galeri Bahasa. Assalamualaikum Wr. Wb. bagaimana kabar kalian? Semoga tetap sehat dan bersemangat ya. Baru-baru ini Bu Iva sedang membaca novel Max Havelaar kaarya Multatuli, alias Douwes Deker. Apakah kalian juga hobi membaca novel? Genre novel apa yang kalian sukai? Fantasi? Sejarah? Roman? Misteri? Ataukah Horor? Nah, Di kesempatan kali ini, kita akan membahas materi sastra yang mungkin adalah hobi dari Sebagian besar kalian. Kita akan membahas, novel.

Tak sekadar menjadi bacaan di waktu lapang, ternyata novel maupun produk sastra yang lain menempati posisi penting di tengah kebudayaan. Sastra memiliki potensi yang besar untuk membawa masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan budaya. Sadar atau tidak, saat membaca novel kita akan menemukan amanat dan pelajaran dari tokoh serta peristiwa yang ada, inilah kemampuan tersembunyi sastra untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran sehingga memberikan wacana inspirasi kepada pembacanya.

Novel Max Havelar misalnya, Multatuli menulis novel tersebut sebagai bentuk protes terhadap kebijakan kolonial. Dalam novel tersebut ia menggambarkan kondisi Kabupaten lebak yang mengenaskan karena dicekik oleh penjajah Belanda ditambah penguasa feodal pribumi masa itu. Sejak terbitnya novel Max Havelaar, masyarakat Eropa mulai menyadari bahwa kekayaan yang mereka dapat merupakan hasil penderitaan pribumi di tanah jajahan. Kesadaran tersebut memicu kebijakan politik balas budi, atau politik etis oleh pemerintah Kolonial Belanda. Selain itu novel Max Havelaar juga membuka pikiran dan menginspirasi masyarakat untuk melakukan gerakan perubahan.. Tak heran jika Pramoedya Ananta Toer menyebut bahwa novel ini adalah sebuah Buku yang membunuh kolonialisme. Sebuah ungkapan yang sepertinya tidak berlebihan mengingat efeknya yang mampu membuat Belanda terusik. Sebuah karya tulis yang banyak menginspirasi tokoh penggerak bangsa Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Bisa kita bayangkan, betapa hebatnya pengaruh karya sastra pada zaman tersebut.

Nah, berarti jika kalian suka atau hobi membaca novel, tidak menutup kemungkinan kalian menjadi bagian dari perubahan budaya di tengah masyarakat. Sudah siap belajar lebih dalam lagi tentang novel? Siapkan catatanmu, jangan lupa untuk membuat peta konsep.

           

Apa itu novel? Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai ‘karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku’

Sedangkan menurut Drs, Rostamaji, M.Pd, teks novel adalah sebuah karya sastra yang memiliki dua unsur yang membangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang keduanya saling berkaitan satu sama lain karena saling berpengaruh dalam sebuah karya sastra.

Kog hampir sama dengan cerpen? Lalu apa bedanya cerpen dan novel Bu? Walaupun sama-sama karya sastra yang berbentuk prosa, kedua jenis karya sastra ini berbeda jika kita lihat dari berbagai sisi. Dari segi Panjang pendeknya karangan atau sedikiti banyaknya kata, terlihat jelas perbedaan novel dan cerpen. Jumlah kata dalam cerpen sekitar 5.000 sampai 10.000 kata. Sementara novel sekitar 35.000 kata atau bisa mencapai lebih dari seratus halaman. Dilihat dari jumlah pelaku pun juga terlihat berbeda. Jumlah pelaku yang terdapat pada cerpen hanyalah satu orang saja. Kalaupun ada tokoh-tokoh lainnya, itupun hanya sebagai selingan saja atau hanya sekadar untuk memperkuat cerita saja. Karakteristik tokoh di dalam cerpen juga tidak digambarkan secara lengkap. Sementara itu, jumlah tokoh yang ada di dalam novel berjumlah lebih dari satu tokoh dan masing-masing tokoh mempunyai karakter yang kuat dan diceritakan lebih dalam. Sedangkan jika dilihat dari alur, Cerpen atau cerita pendek hanya menceritakan satu peristiwa saja, sehingga alurnya pun cenderung lebih sederhana atau lurus. Hal ini berbanding terbalik dengan novel yang di dalamnya bisa terdiri atas beberapa cerita, yang membuat alur novel menjadi begitu rumit dibandingkan dengan cerpen. Nah, itu dia perbedaan antara cerpen dan novel.

Sebelum kita lebih dalam lagi mengupas seluk beluk novel, alangkah lebih baiknya kita bahas dulu perkembangan novel di Indonesia.

Prosa Indonesia baru muncul pada tahun 1920-an. Saat itu novel yang menjadi monumental adalah novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Namun ada banyak juga novel di luar Balai Pustaka yang banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan sejarah Sastra Indonesia seperti Student Hidjo dan Rasa Merdika karya Mas Marco Kartodikromo. Kemudian pada era pujangga baru muncul novelis Sutan Takdir Alisabana dengan roman yang berjudul Layar Terkembang. Lalu menjelang tahun kemerdekaan muncul juga Armin Pane yang menulis novel dengan judul Belenggu yang dianggap novel modern pada zamannya..
Pada tahun 1949 muncul novel yang berjudul Atheis karya Achdiat Karta Miharja. Novel ini termasuk novel yang berhasil diterima oleh kalangan masyarakat dengan mengangkat tema keagamaan. Kemudian pada tahun 1968 muncul novel yang berjudul Merahnya Merah karya Iwan Simatupang. Novel ini juga berhasil menarik masyarakat penikmat sastra karena novelnya yang absurd terutama dalam gaya berceritanya.
Pada tahun 1980 Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramudya Ananta Tour terbit. Pada tahun 1982 muncul novel karya Akhmad Tohari dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk yang sukses di dunia novel indoensia dengan mengangkat tema daerah. Setelah itu masuk pada tahun millennium, yaitu tahun 2000 ke atas, muncul pula novel-novel Indonesia dan sampai sekarang terus berkembang hingga eranya Andrea Hirata dan A Fuadi.
Dan untuk tahun 2000-an ini, tepatnya tahun 2003, telah terbit novel termuda, dari penulis termuda pula yang menulis novel berjudul Area X, sebuah novel futurisktik tentang Indonesia tahun 2048, mengenai deribonucleic acid dan makhlluk ruang angkasa. Novel ini ditulis oleh Eliza Vitri Handayani, seorang siswi kelas 2 SMA Nusantara Magelang. Wah, menginspirasi sekali ya.

Dari waktu ke waktu, novel terus mengalami perkembangan. Masing-masing novel tersebut mewakili semangat dari setiap zaman di mana novel itu muncul. Di awal tahun 2000 muncul jenis novel yang dikatakan sebagai chicklit, teenlit,dan metropop. Di antara karya-karya tersebut yang tergolong ke dalam jajaran best seller, antara lain Cintapuccino karya Icha Rahmanti, Eiffel I’m In Love karya Rahma Arunita, Jomblo karya Aditya Mulya, Supernova karya Dee, Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, 5 cm karya Donny Dhirgantoro, dan novel-novel terbaru lainnya yang memiliki kekuatan masing-masing,

 

Seperti yang kita singgung di awal tadi bahwa karya sastra seperti novel mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran pembacanya melalui amanat. Novel memuat banyak sekali hikmah serta amanat. Bagaimana menemukan amanat tersebut? Kita bisa mencari amanat dengan menginterpretasikan atau menafsirkan pandangan pengarang. Interpretasi terhadap pandangan pengarang adalah memberi kesan kepada pandangan pengarang baik berupa apresiasi maupun berupa nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam novel..

 

Apa saja nilai-nilai dalam novel? Beberapa nilai yang kita jumpai dalam novel antara lain:

1.      Nilai Sosial adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan masalah sosial dan hubungan manusia dengan masyarakat (interaksi sosial antar-manusia). Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan penggambaran hubungan antar-tokoh. Berikut contoh kutipan Nilai Sosial: "Dua penumpang laki-laki, saat melihat Lail dan ibunya masuk, berdiri memberikan tempat duduk, "Terimakasih". Lail dan ibunya segera duduk" (Kutipan Novel "Hujan" karya Tere Liye) Pada kutipan novel diatas, terdapat nilai sosial yang digambarkan oleh perilaku dua penumpang laki-laki yang memberikan tempat duduknya kepada Lail dan ibunya yang baru masuk. Kemudian Lail dan ibunya mengucapkan terimakasih, yang menggambarkan bahwa Lail dan ibunya menghargai sopan santun kedua laki-laki itu.

 

2.      Nilai agama adalah nilai yang dilihat dari sudut pandang sesorang berdasarkan hubungannya dengan Tuhan.

Aku tiba-tiba merasa menjadi seorang egois yang hitam dan berdosa pada Amak. Lebih-lebih lagi. Aku juga merasa bersalah pada Allah karena tidak menuruti perintah birrul walidain ini. (Kutipan novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi)

Dalam kutipan novel tersebut, terlihat jelas menyinggung perintah Alloh untuk berbakti pada orang tua atau istilahnya birrul walidain.

3.      Nilai moral adalah nilai yang dilihat dari sudut pandang kepribadian atau sikap sesorang dalam menyikapi suatu masalah.

Sebelum meninggalkan rumah, aku cium tangan Amak sambil doa dan minta ampun atas kesalahanku. (Kutipan novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi)

Dalam kutipan novel tersebut, diperlihatkan sikap seorang anak yang mencium tangan ibunya dan meminta doa serta meminta maaf sebelum dirinya pergi merantau.

4.    Nilai budaya adalah nilai yang dilihat dari sudut pandang kebiasaan, adat- istiadat, keperyaan, oleh masayarakat setempat.

Tiga anak lebih mudah dididik dan dibesarkan daripada empat, lima atau enam. Biaya hidup semakin tinggi. Filsafat orang-orang tua yang mengatakan bahwa setiap anak lahir dengan bawaan rezeki masing-masing sangat sukar diterapkan di zaman sekarang. Setiap anak yang akan masuk sekolah harus membawa sejumlah uang. (Kutipan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh Dini)

Dalam cuplikan tersebut, tergambar budaya masyarakat Jawa yang memercayai bahwa banyak anak banyak rejeki. Artinya, bahwa setiap anak yang lahir membawa rezekinya masing-masing.

5.      Nilai pendidikan/edukatif

Nilai Pendidikan/Edukatif adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan pengubahan tingkah laku dari baik ke buruk (pengajaran) atau bisa juga berhubungan dengan sesuatu hal yang mempunyai latar belakang pendidikan/pengajaran. Berikut contoh kutipan Nilai Pendidikan: "Sebelum mendapat hadiah parkit, Waksito sudah diserahi tugas menyiram pot-pot tanaman di teras tempat kami duduk. Tidak banyak, dan kran air terletak di sudut kebun. Mengusung ember ke sana tidak jauh. " (Kutipan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh Dini)

Pada kutipan novel diatas terdapat nilai pendidikan, yaitu Mendidik seorang anak, tidak hanya melalui pendidikan formal (sekolah). Tetapi, bisa juga dilakukan oleh keluarga berupa pendidikan karakter, kepribadian, kerja keras dan lain sebagainya.

 

Sekarang kita masuk ke jenis novel.

Novel Berdasarkan Genre Cerita

·         Novel romantis

cerita yang digambarkan dalam novel ini berupa kasih sayang dan cinta. Contohnya Ayat-Ayat Cinta karya Habibirahman Elsirazy.

·         Novel horor/menyeramkan

novel ini berisi tentang cerita yang menakutkan. Contohnya novel Bangku Kosong karya Ruwi Meita.

·         Novel misteri

novel ini berisi tentang misteri.Contohnya novel A Carribean Mystery karya Agatha Christie.

·         Novel komedi

novel ini berisi tentang cerita komedi yang membuat kita ketawa. Contohnya Kambing Jantan karya Raditya Dika.

·         Novel inspiratif

berisi tentang cerita kisan inspiratif.Contohnya Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi.

 

Novel Berdasarkan Isi Dan Tokoh

·         Novel teenlit

Adalah karya fiksi yang isinya mencerminkan kehidupan sosial para remaja. Teenlit mengangkat permasalahan yang tidak rumit dan penyajiannya sederhana (Mahmud, 1987:2).contohnya ialah novel Dealova karya Dyan Nuranindya

·         Novel Chicklit

novel ini berisi tentang cerita perempuan muda dan permasalahn yang dihadapinya. Contohnya ialah Miss Jutek karya Yennie Hardiwidjaya.

·         Novel Songlit

novel ini dibuat berdasarkan cerita dari sebuah lagu. Misal, novel berjudul Sebelum Cahaya karya Karla M. Nashar yang terinspirasi dari lagu band fenomenal Letto dg judul lagu yang sama.

·         Novel Dewasa

novel ini berisi tentang cerita orang dewasa dan segala permasalahan yang terjadi di dunia orang dewasa. Contohnya ialah novel Saman dan Larung karya Ayu Utami.

 

Itu dia pembagian novel dilihat dari beberapa sisi. Dan terakhir kita bahas pembagian novel berdasarkan medianya.
Sastra sebagai bagian dari seni secara umum bisa dibedakan menurut media yang digunakan yaitu sastra lisan dan sastra tulis. Dan novel, tentu termasuk jenis sastra tulis. Namun, sesuai perkembangan zaman, novel pun juga sering dialihwahanakan. Apa maksudnya? Wahana adalah kendaraan atau media. Jadi, alih wahana bisa diartikan sebagai perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian yang lain, bisa berupa musikalisasi, novelisasi, dramatisasi dan ekranisasi. Yang paling kita kenal bisa jadi adalah musikalisasi, misalnya puisi yang dijadikan lagu dengan iringan musik. Kemudian Novelisasi yaitu perubahan dari film menjadi novel. Selanjutnya dramatisasi, artinya karya tulis dijadikan drama. Dan Istilah yang sepertinya masih asing di telinga kita adalah ekranisasi yaitu perubahan novel menjadi film.

 

Kita pasti pernah menonton serial film Harry Potter yang sudah berulangkali tayang di televisi. Beberapa dari kita bisa jadi sangat menikmati film Harry Potter tanpa menyadari bahwa film tersebut merupakan visualisasi dari novel yang ditulis oleh JK Rowling. Sebagian dari kita mungkin memang memilih untuk menonton filmnya daripada membaca tujuh novel Harry Potter yang tebalnya mencapai ribuan halaman. Contoh yang lain adalah seri Twilight Saga yang diangkat ke layar lebar dari empat novel karya Stephenie Meyer. Di Indonesia, di tahun 80an terdapat sejumlah film yang diadaptasi dari novel, misalnya, Merpati Tak Pernah Ingkar Janji yang dibintangi Adi Bing Slamet dan Paramitha Rusady yang diadaptasi dari novel karangan Mira W. Ada juga film Lupus yang merupakan adaptasi dari novel popular dengan judul yang sama karangan Hilman Hariwijaya. Hasil ekranisasi yang sempat sangat popular beberapa waktu yang lalu misalnya adalah film Laskar Pelangi dari novel karya Andrea Hirata, Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman. 5 cm karya Donny Dhirgantoro dan yang terbaru adalah Dilan karya Pidi Baiq.

Apa alasan munculnya ekranisasi?

Ekranisasi biasanya lahir karena novel tersebut terkenal sehingga menimbulkan rasa ingin tahu bagaimana kalau novel itu di filmkan. Ada juga yang tertarik mengangkat novel ke layar lebar karena ide cerita yang menarik. Bisa juga karena adanya keinginan untuk meraih jumlah peminat yang lebih banyak dan lebih beragam. Tidak semua orang suka atau punya waktu untuk membaca novel, sementara film bisa diselesaikan dalam waktu sekitar dua jam.

 

Sekian pembahasan novel kita kali ini. Semoga bermanfaat. Tetap sehat, tetap semangat. Wassalamualaikum wr.wr. ^_^ 

Naskah MC Pelantikan Fatayat NU

  Assalamualaikum wr. Wb الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ ، أَمَّا ب...