Minggu, 29 Mei 2022

Karya Tulis Ilmiah - Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Sistematika

 

        Assalamualaikum Wr. Wb. Hai sahabat. Masih full semangatnya ya belajar Bahasa Indonesia bersama Galeri Bahasa? Berbicara belajar Bahasa Indonesia, sebenarnya apa saja sih yang harus kita pelajari? Dalam Bahasa Indonesia, ada 4 keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Pertama, keterampilan menyimak, kedua keterampilan membaca, ketiga keterampilan berbicara dan ke empat keterampilan menulis. Dari kempat keterampilan tersebut keterampilan menulislah yang dianggap paling sulit dan perlu mendapat perhatian lebih. 

 

        Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks, siswa tidak hanya menuangkan ide tetapi, siswa juga dituntut untuk menuangkan gagasan, konsep, perasaan, dan kemauan secara sistematis. Lalu, bagaimana perkembangan budaya menulis di Indonesia? Perkembangan budaya menulis dapat kita lihat dari seberapa banyak buku yang diterbitkan. Banyaknya buku yang diterbitakan per tahun oleh suatu negara juga menjadi salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Indonesia pernah mengalami krisis buku pada tahun 1973 di mana tak ada satu pun buku terbit pada tahun itu. Sampai tahun 2012 pun buku yang diterbitakan di Indonesia juga masih tergolong rendah, yaitu 18 ribu per tahun. Namun, di tahun 2015 Ikatan Penerbit Indonesia merilis hasil riset tentang perbukuan, ketika Indonesia menjadi tamu kehormatan di gelaran Frankfurt Book Fair 2015. Dalam riset tersebut menunjukan adanya peningkatan jumlah buku yang diterbitkan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu lebih dari 30 ribu judul buku yang diterbitkan setiap tahun di Indonesia. Dan di tahun 2019, berdasarkan data yang diterbitkan oleh London Book Fair, Indonesia ternyata mampu menempati peringkat pertama sebagai negara penerbit buku paling produktif di Asean. Hal tersebut cukup menunjukkan optimisme, bahwa karya tulis mulai mewarnai budaya literasi kita.

 

        Nah, di semester dua ini kita akan lebih mendalami salah satu jenis karya tulis, yaitu Karya Tulis Ilmiah/biasa disingkat dengan KTI. Karya Tulis Ilmiah seharusnya sudah tidak terlalu asing lagi di dunia pendidikan. Karena sejak SMP pun sudah banyak Organisasi KIR/Kelompok Ilmiah Remaja yang digiatkan di lingkungan sekolah. Bu, saya sama sekali nggak pernah ikut organisasi seperti ituu. Saya nggak bisa buuu. Tenang. Jangan horror dulu ya mendengar Karya Tulis Ilmiah. Memang kelihatannya sulit. Saya bilang kelihatannya. Karena jika kita mulai belajar berpikir sistematis, Karya Tulis Ilmiah justru menjadi materi yang menantang bagi kita. Bagaimana? Sudah siap mendalami Karya Tulis Ilmiah? Simak video ini sampai habis. Siapkan buku catatan kalian, jangan lupa untuk mencatat dan membuat peta konsep.

 

Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan, ulasan, kajian, atau pemikiran oleh perseorangan atau kelompok yang disajikan dalam bentuk tertulis dan disusun secara sistematis serta berlandaskan kaidah ilmiah.

Dari pengertian tersebut, ada 3 kata kunci yang dapat kita simpulkan dari karya tulis ilmiah, yaitu 1. Berupa tulisan, 2. Sistematis, artinys tersistem, teratur dan tersusun. Ketiga, berdasarkaan pola penalaran/kaidah keilmiahan.

 

Karakteristik Karya Tulis Ilmiah antara lain

  1. Tulisan yang dibuat harus mengacu pada teori. Teori dibutuhkan sebagai landasan berfikir dalam pembahasan suatu masalah.
  2. Harus lugas, artinya tidak emosional, tidak kritis, dan tidak menimbulkan Interprestasi lain.
  3. Kemudian juga harus logis, artinya mengacu pada pembahasan yang masuk akal. Tulisan tidak memuat hal-hal yang janggal atau tidak bisa dibuktikan kebenarannya, serta tidak boleh di luar nalar manusia.
  4. Efisien, artinya mempergunakan kata, kalimat dan bahasa yang baik, sesuai, dan mudah dipahami.
  5. Efektif, artinya tulisan-tulisan yang dibuat harus padat dan ringkas. Tidak boleh bertele-tele atau memasukkan opini-opini yang tidak penting.
  6. Objektif, artinya berdasarkan pada fakta, dalam hal ini kerangka karya tulis ilmiah bersifat konkrit dan benar adanya, tidak mengada-ada.
  7. Sistematis, artinya baik penulisan dan pembahasan harus Tulisan yang dibuat harus mengacu pada teori. Teori dibutuhkan sebagai landasan berfikir dalam pembahasan suatu masalah.

Adapun beberapa manfaat dari karya tulis ilmiah di tulis/di susun misalnya seperti:

  1. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
  2. Penulis mendapat kesempatan berlatih mengintegrasikan hasil bacaan dengan gagasan sendiri.
  3. Mengembangkan pemikiran menjadi lebih matang.
  4. Mengakrabkan penulis dengan kegiatan perpustakaan, seperti menggunakan katalog dalam mencari buku yang diperlukan.
  5. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta dan data secara jelas dan sistematis.
  6. Dengan menulis karya ilmiah, penulis akan merasakan kepuasan intelektual, yaitu satu kepuasan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menyajikan satu pengetahuan.
  7. Dengan menulis karya ilmiah, penulis ikut menyumbang bagi perluasan cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
  8. Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya

 

Karya ilmiah dapat ditulis dalam berbagai bentuk penyajian. Setiap bentuk itu berbeda dalam hal kelengkapan strukturnya. Berdasarkan bentuk penyajiannya karya ilmiah terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu:

1.      Bentuk populer, KARYA TULIS ILMIAH POPULER Yaitu pengetahuan ilmiah yang disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih enak dibaca & dipahami, fakta yang disajikan harus tetap obyektif dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berfikir keilmuan (Suhardjono : 35). Jadi Karya Tulis Ilmiah Populer adalah pengetahuan ilmiah yang disajikan dengan menggunakan bahasa dan kerangka sajian isi yang lebih menarik dan mudah dipahami.. Ragam bahasanya bersifat santai (populer). Kalimat-kalimatnya sederhana, lancar, namun tidak berupa senda gurau dan tidak pula bersifat fantasi (rekaan).

2.      Bentuk semiformal, yaitu karya ilmiah yang digunakan dalam berbagai jenis laporan biasa dan makalah karya ilmiah.

Secara garis besar, karya ilmiah bentuk ini terdiri atas:

1.      Halaman judul

2.      Kata pengantar

3.      Daftar isi

4.      Pendahuluan

5.      Pembahasan

6.      Simpulan

7.      Daftar pustaka

3.      Bentuk formal yaitu karya ilmiah yang disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan akademis secara lengkap, seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi.\

Unsur-unsur karya tulis bentuk formal meliputi hal-hal berikut:

1.      Judul

2.      Tim pembimbing

3.      Kata pengantar

4.      Abstrak

5.      Daftar isi

6.      Bab 1 (pendahuluan)

7.      Bab 2 (kajian pustaka)

8.      Bab 3 (metode penelitian)

9.      Bab 4 (pembahasan)

10.  Bab 5 (simpulan dan saran/rekomendasi)

11.  Daftar pustaka

12.  Lampiran-lampiran

Beberapa bagian penting dari struktur karya ilmiah diuraikan sebagai berikut:

1.      Judul; Penulisan judul dapat dilakukan dua cara yaitu dengan menggunakan huruf kapital semua atau dengan menggunakan huruf kecil kecuali huruf-huruf pertamanya. Kata-kata penggabung, seperti dengan dan tentang serta kata-kata depan seperti di, dari, dan ke huruf pertamanya tidak boleh menggunakan huruf kapital.

2.      Pendahuluan; Bagian pendahuluan mencakup: Latar belakang masalah, Perumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Sistematika penulisan.

3.      Kerangka Teoretis; Kerangka teoretis disebut juga kajian pustaka atau teori landasan.

4.      Metodologi Penelitian; Metodologi penelitian merupakan prosedur atau tahap-tahap penelitian, mulai dari persiapan, penentuan sumber data, pengolahan, sampai dengan pelaporannya.

5.      Pembahasan; Pembahasan berisi paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan masalah/tujuan penulisan yang dikemukakan pada bab pendahuluan.

6.      Simpulan dan Saran; Simpulan merupakan pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur penulisan karya ilmiah. Saran merupakan implikasi berupa pengembangan ilmu pengetahuan, kegunaan yang bersifat praktis dalam penyusunan kebijakan.

7.      Daftar Pustaka; Daftar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam karya ilmiah yang terdapat dari sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal, dokumen resmi, maupun sumbersumber lain dari internet.

Nah, struktu-struktur tersebut InsyaAlloh akan kita dalami di video selanjutnya. Jadi, jangan lupa bunyikan lonceng agar kalian tidak ketinggalan pembahasan selanjutnya. Demikian pembahasan kita hari ini. Semoga bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat. Wassalamualaikum wr. Wb.

 

 

Drama - Ciri, Manfaat, Struktur dan Jenis

 

Assalamualaikum wr. Wb. hai kawan semua. Jumpa lagi di Galeri Bahasa. Bagaimana kabar kalian menjelang akhir semester ini? semoga selalu sehat dan semakin semangat dalam belajar. Kali ini kita akan membahas hal yang sebenarnya sudah tak asing lagi bagi kita.

Kita akan belajar tentang drama! Drama merupakan karya sastra yang memiliki keunikan daripada karya sastra jenis lain, karya sastra yang kompleks karena melibatkan semua keterampilan berbahasa. mulai dari persiapan sampai pertunjukan drama, kita harus menggunakan kemampuan berbahasa seperti menyimak, membaca, menulis dan berbicara,. Mau tau lebih tentang drama? Yuk belajar Bersama di Galeri Bahasa. Jangan lupa untuk mencatat dan membuat peta konsep.

 

Drama merupakan salah satu jenis karya sastra. Salah satu, berarti ada yang lainnya ya. Jadi, secara umum karya sastra dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, puisi, kedua, prosa, ketiga drama. Puisi adalah karya sastra yang terikat dan padat makna, lebih mementingkan hubungan antar kata. Sedangkan prosa merupakan karangan bebas yang lebih mementingkan hubungan antar kalimat. Dan yang terakhir drama. Nah, jenis ketiga ini yang akan kita bahas kali ini! kita mulai dari pengertian drama.

Banyak sekali istilah yang menunjuk pada pengertian drama, antara lain komedi stambul, komedi bangsawan, tonil, dan sandiwara. Dikatakan komedi stambul karena dulu ceritanya tentang keajabiban di Istanbul (konstantinopel). Dikatakan komedi bangsawan karena dahulu ceritanya tentang orang bangsawan. Sedangkan Tonil adalah istilah yang berasal dari Belanda yang artinya pertunjukan. Dan ada pula istilah sandiwara. Istilah Sandiwara awalnya dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).

Secara etimologis, drama berasal dari Bahasa Yunani dromai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi dan sebagainya. Simorangkir mengatakan bahwa drama adalah seni yang mempertunjukkan pekerti manusia dengan perbuatan (Suroto:1990 hal.75). Sedangkan menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 235) drama diartikan sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku akting atau dialog yang dipentaskan. Senada dengan pendapat di atas, Kosasih (2017, hlm. 132) memaparkan pula bahwa drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakon dan dialog dan berbagai peristiwant yang disajikan dalam suatu pentas drama.

Istilah Drama selalu dikaitkan dengan teater. Banyak yang beranggapan bahwa drama sama dengan teater. Padahal kedua istilah tersebut tidaklah sama persis. Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Tetapi Harymawan mengungkapkan batasan tentang teater bahwa “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993). Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton. Jadi,  istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu dari “teater”.

 

 

Sebagai karya sastra yang berbeda dari karya sastra lainnya, drama memiliki beberapa ciri. Antara lain sebagai berikut:

1.      Terdapat dialog atau percakapan

2.      Mengandung cerita, kisah, atau narasi yang sampaikan melalui dialog atau percakapan antar tokohnya.

3.      Teks drama  memiliki petunjuk khusus yang harus dilakukan oleh pemerannya, misal mengatur ekspresi (marah atau senang), melakukan aksi (berlari/melompat), dsb.

4.      Penulisan percakapan tidak perlu menggunakan tanda petik (“”) karena drama secara eksklusif menggunakan dialog sebagai isinya.

 

Bermain drama mempunyai banyak manfaat untuk pengembangan karakter. Manfaat tersebut antara lain:

·      Memupuk kerja sama

·      Meningkatkan rasa percaya diri

·      Mengembangkan kreatifitas dan apresiasi diri

·      Mempertajam kepekaan emosi

·      Mengembangkan kemampuan bersosial

·      Dan bisa digunakan sebagai media penyalur hobi.

 

Selanjutnya kita bahas Struktur Teks Drama

Menurut Kosasih (2016, hlm. 258), struktur teks drama terbagi menjadi tiga bagian utama. Prolog, dialog dan epilog.

1.      Prolog, adalah kalimat atau kata-kata pembuka, pengantar, maupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu yang telah di set dalam teks drama.

2.      Dialog, merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi, dan bagaimana tokoh tersebut menyelesaikan permasalahan. Dialog dibagi menjadi 3 bagian lagi, yaitu orientasi, komplikasi/konflik, dan resolusi.

a.      Orientasi, merupakan pengenalan tokoh, menyatakan situasi dan cerita, hingga permulaan dalam mengajukan konflik yang akan terjadi dalam kisah yang dibawakan dalam drama.

b.      Komplikasi/Konflik, atau disebut juga sebagai bagian tengah cerita yang mulai mengembangkan konflik. Pada bagian ini tokoh utama akan menemukan berbagai rintangan antara ia dan tujuan atau keinginannya. Tokoh juga kerap mengalami berbagai kesalahpahaman dalam perjuangannya untuk menghadapi berbagai rintangan tersebut.

c.       Resolusi (denouement), yakni penyelesaian dari komplikasi atau berbagai rintangan yang menghalangi tokoh utama.

3.      Epilog, merupakan bagian penutup dari drama yang berisi simpulan atau amanat mengenai keseluruhan isi drama. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.

 

Jalannya cerita dalam drama sangat ditentukan oleh scenario. Scenario adalah naskah cerita yang menguraikan urutan-urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog yang disusun dalam konteks struktur dramatic. Dan berikut tiga unsur penting yang harus ada dalam scenario.

1.      Tokoh. Tokoh yaitu pemeran atau pelaku dalam sebuah drama

2.      Wawancang. Yaitu dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh

3.      Kramagung. Adalah petunjuk perilaku, Tindakan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung ditulis dalam tanda kurung dan biasanya dicetak miring.

Perhatikan contoh cuplikan scenario berikut:

Dika , tokoh : (mendorong kursinya ke belakang dan menghabiskan minumannya), ini termasuk kramagung Aku capek sekali jalan kaki lewat hutan itu.  Disebut dengan wawancang.

 

Drama bisa diartikan sangat luas sekali. Ada berbagai macam bentuk drama, di antaranya, adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya

a. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun

dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.

b. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk

prosa.

2. Berdasarkan sajian isinya

a. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang

sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu

yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan

tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti

drama serius yang melukiskan pertikaian di antara tokoh utama

dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka

atau kesedihan.

b. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur,

walaupun selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan

yang berakhir dengan bahagia.

c. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya

menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

3. Berdasarkan kuantitas cakapannya

a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata

b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.

 

c. Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-

kata.

 

4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya

a. Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.

b. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari.

c. Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.

5. Bentuk-bentuk lain

a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau

melanggar konversi alur, penokohan, dan tematik.

b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan

dipentaskan.

c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum

bangsawan (muncul abad ke-18).

d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat

biasa.

e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan

atau keruntuhan tokoh utama.

f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan

dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).

g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat

pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta

pengaluran yang ringkas.

h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai

dengan festival rakyat yang ada (terutama di perdesaan).

Demikian materi drama bagian satu yang dapat kita ulas. Jangan lupa menyimak materi drama bagian kedua. Semoga bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat. Wassalamualaikum wr. Wb.

Teks Debat

 

        Assalamualaikum wr. Wb. . Hai, Sahabat Galeri Bahasa. Bagaimana kabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Kali ini kita akan membahas materi yang bisa dikatakan ditakuti dan dihindari oleh Sebagian siswa. Materi apa itu? Yak. Debat! Banyak siswa yang sudah keringat dingin jika sudah masuk ke materi satu ini karena takut ada praktik debat di akhir pembelajara, terutama pembelajaran tatap muka. Mengapa demikian? Karena para siswa terlanjur mengira bahwa debat itu selalu tegang dan menyeramkan. Padahal, debat tak harus seperti itu. Kegiatan berdebat dapat dilaksanakan dengan damai dan indah. Nah, kali ini kita akan kenalan lebih jauh lagi apa dan bagaimana sih debat itu. Untuk itu, simak video ini sampai selesai, jangan lupa untuk mencatat dan membuat peta konsep.

 

    Kalian pasti pernah mendengar kata ‘debat’. Bahkan kalian pasti sudah pernah menyaksikan debat secara langsung maupun tidak langsung. Debat calon presiden? Debat calon ketua osis? Atau bahkan mungkin ada yang pernah ikut lomba debat? Sebenarnya apa sih debat itu?

    Debat berasal dari Bahasa inggris (debate) yang artinya pembahasan, diskusi atau perbincangan. Menurut KBBI, debat adalah sebuah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Jika mengacu dari definisi tersebut, berarti disadari ataupun tidak, kita pasti pernah ya melakukan hal ini dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa? Karena pasti selalu ada perbedaan isi pikiran antara satu orang dengan orang lainnya. Nggak usah jauh-jauh cari musuh debat, dengan sahabat kita saja bisa jadi kita juga sering berdebat! Wah, berarti materi debat ini seharusnya tidak seseram di awal ya, karena ternyata kita sudah sering melakukannya walaupun secara tidak sadar.

Kemudian apa sih tujuan berdebat?

ada beberapa tujuan mengapa kita melakukan debat. Pertama, untuk memenangkan argumentasi diri atas orang lain. Dalam kegiatan debat kita menunjukkan kelebihan atau kebenaran argumentasi kita  Semakin logis argumentasi kita, maka, ide atau gagasan yang kita tawarkan dapat lebih dipertimbangkan.

Dan, kedua, dalam debat kita bisa menanggapi suatu persoalan dengan sudut pandang yang berbeda. Bisa jadi, debat tersebut mampu mengantarkan kita maupun lawan debat kita pada pemahaman yang lebih baik lagi dan bukan tak mungkin, dengan berdebat kita bisa menyelesaikan suatu masalah.

Dari tujuan debat tersebut, dapat dipahami bahwa debat bukanlah arena saling menjatuhkan pihak lawan, melainkan usaha untuk meyakinkan atau mempengaruhi orang lain untuk menyetujui pendapat yang kita sampaikan.

Debat memiliki beberapa Karakteristik utama antara lain:

1.      Melibatkan dua pihak

2.      Berbentuk komunikasi langsung (tatap muka)

3.      Menyangkut suatu tema atau permasalahan yang mengandung konflik, pertentangan ataupun perselisihan.

4.      Menyelesaikan permasalahan tersebut melalui adu argumentasi dengan saling meyakinkan yang disertai sejumlah alasan dan fakta.

5.      Berujung pada dua hal: kesepahaman atau ketidaksepahaman.

Nah, Ternyata, tidak harus ada kesepakatan atau pendapat yang sama di akhir debat! boleh saja orang yang melakukan debat tetap pada pendapat mereka semula. artinya, tidak akan didapatkan titik temu di akhir debat. Hal itulah yang membedakan Debat dengan diskusi yang harus mendapatkan kata sepakat.

Karena tidak selalu memunculkan kata sepakat di akhir, kegiatan debat ini sering dianggap menegangkan, kaku bahkan rusuh. Untuk menghindari debat semacam itu, kita perlu menerapkan beberapa etika dalam berdebat. Etika tersebut antara lain:

1.      Bertanyalah dengan serius. Hindari guyonan maupun lelucon Ketika bertanya pada lawan debat, terlebih jika debat formal.

2.      Jangan sekali-kali menyinggung fisik lawan debat. Focus ke argumen lawan debat, karena inti dari debat adalah adu argument.

  1. Utamakan data dan fakta. Poin ini sangat penting sekali karena untuk dapat mematahkan argumentasi lawan debat, kita harus mengadu argumentasinya dengan data dan fakta. Jadi, jauh sebelum kegiatan debat dimulai, kita perlu memperluas pengatahuan kita tentang topik debat. Jangan sampai kita mengadu ide/gagasan lawan debat kita dengan informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya.
  2. Hindari menginggung pembahasan tentang suku, ras, maupun agama jika topik debat memang tidak membicarakan masalah tersebut.

5.      Ikuti aturan main yang sudah ditentukan. Setiap pelaksanaan debat pasti terdapat aturan main yang telah ditetapkan oleh penyelenggaranya. Mulai dari batas bicara, aturan menyanggah lawan debatmu, hingga tata cara bertanya.

Inti dari kegiatan berdebat ialah bertukar pendapat dan mempertahankan pendapat masing-masing dengan alasan yang jelas dan logis. Dengan berdebat secara sehat, kita bisa mendapatkan wawasan baru dari sudut pandang lawan debat. Saat berdebat, kemampuan kita dalam merespon suatu masalah akan diuji. Melatih keberanian dalam mengemukakan pendapat maupun menanggapi argumentasi lawan debat adalah hal mutlak yang harus dilakukan agar debat kita dapat berjalan dengan lancer.

Selanjutnya, apa saja unsur-unsur yang harus ada dalam debat?

Kegiatan debat, khususnya debat formal, artinya debat yang direncanakan dan dijadwalkan memiliki beberapa unsur.

1. Mosi

Mosi adalah pernyataan atau penentuan tentang suatu topik yang menjadi bahan debat. Singkat kata, mosi adalah topik debat. Mosi dapat disampaikan sebelum ataupun pada saat debat berlangsung.

2. Tim Afirmasi

Tim afirmasi adalah pihak yang setuju dengan topik yang diperdebatkan (tim pro).

3. Tim Oposisi

Adalah kebalikan dari tim afirmasi, yaitu pihak yang tidak setuju dengan topik yang diperdebatkan (tim kontra).

4. Moderator

Moderator akan berperan sebagai pihak yang memimpin, mengarahkan, dan mengatur jalannya debat. Ia pun bertugas menertibkan jalannya debat, membacakan mosi yang diangkat, serta mengenalkan pihak-pihak yang akan berdebat kepada penonton atau penyimak debat.

5. Pihak netral

Keberadaan pihak netral penting dalam debat untuk memberikan suatu pandangan objektif yang pastinya tidak memihak salah satu pihak, antara tim afirmasi dan oposisi.

6.      Juri

Juri bertindak sebagai penentu siapa yang memenangkan sebuah debat. Keberadaan juri dibutuhkan dalam debat yang dilombakan.

7.      Ada notulis. Tugas dari notulis dalam debat ialah mencatat keseluruhan proses debat. Ia juga harus mencatat dan merumuskan isi argumentasi dari pihak-pihak yang tengah berdebat, baik itu pihak pro, kontra, maupun netral. Di akhir debat, notulen bertugas memberikan kesimpulan atas hasil perdebatan yang telah dilakukan.

 

Menurut Kosasih (Erlangga:8), struktur debat terdiri dari tiga bagian.

Pertama, berupa pengenalan masalah (orientasi). Siapa yang mengenalkan? Tentu moderator yang akan mengenalkan dan memberikan gambaran umum topik apa yang akan didebatkan.

Kedua, penyampaian argumen. Di struktur bagian ini, kedua belah pihak saling menyampaikan argument dengan disertai sejumlah alasan yang jelas dan meyakinkan. Dalam bagian ini pun,  muncul tanggapan dan saling sanggah yang bisa menunjukkan kebenaran dari pendapat masing-masing.

Ketiga, kesimpulan. Di bagian ini notulen atau biasa juga dilakukan oleh moderator, akan membacakan hasil akhir dari sebuah debat. Seperti ciri-ciri debat di atas, debat akan berujung pada dua hal: kesepahaman atau ketidaksepahaman.

Debat memiliki beberapa macam atau jenisnya. Pertama, debat pemeriksaan ulangan atau cross-examination debating. Debat tersebut dilakukan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam debat macam ini, akan diajukan pertanyaan-pertanyaan tiap pihak berdasarkan data yang diangkatnya. Sehingga, menyebabkan individu yang diberi pertanyaan dapat mendukung posisi yang ingin ditegakkan maupun diperkokoh oleh pihak yang memberi pertanyaan.

Debat jenis kedua ialah debat parlementer atau assembly or parlementary debating. Debat yang juga dikenal dengan sebutan debat majelis ini merupakan debat yang dilakukan di ranah legislatif. Fungsi debat parlementer ini untuk memberikan maupun menambah dukungan pada suatu undang-undang tertentu. Dalam debat ini, seluruh anggota legislatif berhak mengajukan pendapat atau ide gagasannya, baik mendukung atau menentang, usul yang telah disampaikan setelah diizinkan oleh majelis debat.

Dan, jenis ketiga ialah debat pendidikan. Debat ini dikenal juga dengan sebutan debat konvensional dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah maupun universitas. Debat Pendidikan disaksikan oleh satu atau beberapa juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang debat. Debat ini tidak bertujuan menghasilkan keputusan, namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan menyampaikan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur.

Demikian materi debat kita kali ini. Semoga bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat. Wassalamualaikum wr. Wb.

 

 

Selain memiliki karakteristik tersendiri dalam hal sttrukturnya, teks debat juga menggunakan kaidah kebahasaan yang relative berbeda dengan jenis teks lainnya. Dan berikut kaidah kebahasaan yang dipakai dalam debat (kosasih:9)

1.       

  • Menggunakan kalimat kompleks, pada teks debat biasanya menggunakan kalimat yang mempunyai lebih dari satu struktur dan lebih dari satu kata kerja (kalimat kompleks).
  • Menggunakan konjungsi, pada teks debat sering memanfaatkan konjungsi untuk menghubungkan kata-kata atau kalimat.
  • Menggunakan kata rujukan, pada teks debat biasanya menggunakan kata rujukan sebagai pemberi  informasi, seperti ini, itu, dia, beliau, di sini, di sana, dan sebagainya.

Bagaimana caranya agar debat dapat berjalan dengan lancar? Perlu adanya manajemen waktu dalam kegiatan debat tujuannya untuk menghindari meluasnya topik pembicaraan. Dalam hal ini, peran moderator sangat penting agar debat dapat terararh dan tidak menimbulkan dominasi dari salah satu pihak.

Berikut contoh manajemen waktu yang dimaksud.

1.      3 menit pertama, setiap tim memperkenalkan diri masing-masing selama 1 menit.

2.      15 menit selanjutnya setiap tim menyampaikan argumentasinya terhadap pernyataan topik selama 5 menit, dimulai oleh tim pendukung, dilanjutkan tim penyanggah, dan tim netral.

3.      14 menit selanjutnya, dibagi menjadi 2 bagian waktu. 9 menit pertama, setiap tim mengomentari argumentasi tim lain selama 3 menit, misal tim pendukung mengomentari argumentasi tim penyanggah dan tim netral masing-masing selama 3 menit, demikian seterusnya.

5 menit berikutnya diberikan hak bicara selama 1 menit kepada tim yang memencet bel paling dulu. Akan diberikan 5 kali kesempatan memencet bel. Tim yang cepat akan mendapatkan kesempatan bicara lebih banyak. Hak bicara dapat digunakan untuk memberikan komentar, sanggahan, atau pertanyaan, bukan celaan.

4.      Dan tiga menit terakhir setiap tim memberikan ungkapan penutup terhadap pernyataan topik sesuai dengan posisinya selama 1 menit.

Nah, itu dia contoh manajemen waktu. Manajemen waktu akan sangat berguna bagi moderator agar debat tidak berlarut-larut tanpa kesimpulan yang jelas. Namun, manajemen waktu hanyalah rencana atau perkiraan. Yang namanya rencana tentu kadang tak sesuai kan. Namun dengan adanya manajemen waktu tersebut, moderator dapat mengira-ngira kapan ia memberikan kesempatan berbicara atau menghentikan pembicaraan peserta debat jika telah melampaui manajemen waktu tersebut.

Teks Artikel Kompas "Jalan Panjang Merawat Demokrasi"

  Hidup berdampingan dengan segala perbedaan menjadi anugerah keistimewaan di Indonesia. Namun, berbagai dinamika sosial hingga politik akhi...