Kamis, 02 September 2021

Materi Teks Ceramah - Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, Struktur dan Kaidah Kebahasaan

 


Apa yang ada di pikiran kalian jika mendengar kata ceramah? Kira-kira di mana kalian pernah mendengar ceramah? Di masjid? Di aula sekolah? Atau ada yang pernah kena ceramah di ruang BP? Sebenarnya Ceramah itu yang bagaimana sih? Apakah sama denga pidato maupun khotbah?  Penasaran? Belajar bersama yuk! Jangan lupa untuk mencatat dan membuat peta konsep.

A. PENGERTIAN CERAMAH

    Ceramah menurut KBBI adalah PIDATO oleh seseorang di hadapan banyak pendengar, mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya

Dari pengertian tersebut tentu ada yang berkesimpulan bahwa ceramah sama dengan pidato. Benarkah pernyataan tersebut? Sebenarnya, ceramah, pidato mapun khutbah memang intinya sama, semuanya masuk dalam aktivitas public speaking, yakni berbicara di depan orang banyak alias berbicara di depan umum.

Namun, tiga istilah tersebut memiliki beberapa perbedaan.

Berikut perbedaan antara pisato, khotbah dan ceramah.

NO

PIDATO

KHUTBAH

CERAMAH

1

topik pembicaraannya bersifat umum,

topik pembicaraannya tentang keagamaan tertentu

topik pembicaraannya bersifat pengetahuan ataupun keagamaan namun tidak di khususkan untuk agama tertentu

2

Tidak terdapat interaksi antara sang pembicara dengan sang pendengar

tidak terdapat interaksi antara sang pembicara dengan sang pendengar sama sekali

terdapat interaksi berupah tanya jawab antara sang pembicara dengan sang pendengar

3

Ditujukan untuk seluruh kalangan (kalangan umum)

ditujukan hanya untuk kalangan penganut agama tertentu

bisa ditujukan untuk kalangan umum jika ceramah umum dan umat agama tertentu jika ceramah keagamaan

4

dilakukan pada acara dan tempat tertentu.

 

biasanya dilakukan di dalam tempat ibadah agama tertentu.

 

biasanya dilakukan tempat ibadah, di kampus, di sekolah, di tempat khusus (aula) saat seminar/ ceramah umum

    

    Pengertian teks ceramah yang lebih tepat disampaikan oleh Tim Kemdikbud (2017, hlm. 78) yang menjelaskan bahwa ceramah adalah pembicaraan di depan publik atau umum yang isinya merupakan penyampaian informasi, pengetahuan, wawasan, dan sebagainya. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa Teks ceramah adalah teks yang berisi pemberitahuan, penyampaian suatu informasi baik pengetahuan maupun informasi lainnya untuk disampaikan di depan orang banyak oleh pakar atau orang yang menguasai bidangnya baik secara langsung maupun melalui media elektronik & digital.

B. JENIS CERAMAH

Ceramah terbagi atas dua jenis yaitu ceramah umum dan ceramah khusus.

1. Ceramah Umum

Ceramah umum adalah ceramah yang ditujukan kepada khalayak umum, atau masyarakat luas. Di dalam ceramah umum keseluruhannya bersifat umum, artinya tidak ada batasan-batasan apapun terlebih dari segi audiens, jadi bebas pendengarnya, mau muda atau tua, laki-laki atau perempuan, dia beragaman apa, dari daerah mana, tidak ada Batasan. Itu ceramah umum.

2. Ceramah Khusus

Ceramah khusus adalah ceramah yang ditujukan kepada khalayak tertentu dan bersifat khusus baik itu materinya maupun pendengarnya. Contohnya Peringatan 1 Muharram dalam agama Islam.

C. CIRI-CIRI CERAMAH

Ceramah mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakan dengan teks lainnya. Seperti apa sih ciri-ciri ceramah? 

  1. Teks ceramah disampaikan oleh seseorang yang ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu. Jadi tidak sembarang orang bisa menyampaikan ceramah.
  2. Teks ceramah punya struktur yang lengkap, biasanya terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. 
  3. Isi teks ceramah disesuaikan dengan pemilihan tema yang sesuai dengan kegiatan yang sedang diselenggarakan.
  4. Bahasa yang digunakan dalam teks ceramah adalah bahasa yang mudah dipahami dan tentu saja harus sopan.
  5. Terdapat komunikasi dua arah antara pembicara dan pendengar, yaitu berupa dialog, tanya jawab, kolom komentar jika melalui media sosial dsb.

 

D. STRUKTUR TEKS CERAMAH

Seperti teks lainnya, teks ceramah memiliki struktur yang membangun teks tersebut. Bagian-bagian pembangun struktur teks ceramah meliputi:

1. Pembuka

2. Isi

3. Penutup 


Struktur pertama yaitu Pembuka (Tesis)
struktur ini Berisi pengenalan isu, masalah, pengetahuan hingga pandangan penceramah mengenai topik yang akan dibahas. Bagian ini sama dengan tesis dalam teks eksposisi. Namun karena disampaikan dengan bahasa lisan jadi terdapat pendahuluan dan sapaan. Contoh:

Assalamualaikum wr. Wb. salam sejahtera untuk kita semua. Alhamdulillah kita ucapkan syukur pada Tuhan, karena kita dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat walafiat. Tak lupa sholawat dan salam selalu kita curahkan pada junjungan kita nabi Muhammad saw.

Hadirin yang berbahagia. Tibalah kita di penghujung bulan Oktober. Bulan Oktober adalah bulan yang paling tepat untuk kembali membakar semangat kita. 93 tahun yang lalu, tepat tanggal 28 Oktober 1928, pemuda-pemuda Indonesia dengan semangat yang tak pernah padam mulai menapak jejak sejarah kebangkitan pergerakan persatuan di Indonesia. Tanah air yang satu, bangsa yang satu, serta bahasa persatuan yang selalu dijunjung tinggi bukanlah hanya sebuah ikrar yang terucap di mulut saja.  Ikrar tersebut pastilah merasuk di setiap kalbu pemuda Indonesia kala itu sehingga perjuangan mereka bisa terus berkesinambungan dan mengantar pergerakan-pergerakan di Indonesia untuk bersatu menjemput kemerdekaan.

Itu adalah contoh bagian pembukaan. Sekarang kita masuk ke Isi (Rangkaian argumen)
bagian ini berisi rangkaian argumen-argumen penceramah yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan pada pembuka atau tesis di awal. Bagian ini biasanya mengemukakan pula berbagai fakta dan data yang memperkuat argumen-argumen penceramah.

Hadirin yang berbahagia...

Peran pemuda dalam memajukan bangsa ini tak akan pernah hilang dari rekam sejarah. Kita tak kan bisa lupa pada peristiwa proklamasi yang menjadi titik awal kemerdekaan bangsa Indonesia. Peristiwa itu juga tak lepas dari peran pemuda yang kala itu menggiring Soekarno-Hatta untuk mempercepat proklamasi. Lagi dan lagi, darah juang pemuda yang selalu menggeliat menjadi penyumbang terbesar bagi kemerdekaan Indonesia.

Hadirin yang berbahagia....

Masih banyak lagi peran pemuda dalam sejarah negri ini yang tak akan bisa kita bahas dalam waktu yang singkat ini. Besarnya peran pemuda di masa lalu, mulai dari pergerakan Budi Utomo, Sumpah Pemuda hingga peristiwa Rengasdengklok seharusnya menjadi cambuk bagi kita para pemuda untuk membakar semangat juang kita. Generasi muda bukan hanya sekedar kumpulan anak-anak muda saja. Tapi lebih dari itu, henerasi muda adalah mereka yang mampu menggantikan generasi sebelumnya dan mampu membuat perubahan ke arah yang lebih baik. 

Itu dia contoh bagian isi. Selanjutnya kita masuk ke bagian terakhir, Penutup (Penegasan ulang).
bagian ini Merupakan penegasan kembali mengenai apa yang disampaikan dalam ceramah. Hal ini bertujuan untuk memastikan ceramah tidak memberikan pemahaman yang keliru dari yang dimaksudkan. Selain itu, bagian penutup juga berfungsi agar ceramah lebih mudah diingat dan pendengarnya terpengaruh untuk melakukan sesuatu atau meyakini sesuatu, berikan kalimat-kalimat yang menarik serta penuh motivasi agar ceramah mampu memberikan kesan mendalam pada pendengar. Perhatikan contoh penutup ceramah berikut.

Hadirin yang berbahagia...

Sudah saatnya pemuda mulai melangkah untuk berkontribusi mewarnai kemajuan bangsa ini. Jika hidup hanya sekedar hidup, babi liar di hutan pun juga bisa hidup. Jika bekerja hanya sekedar bekerja, sapi dan kerbau pun juga bisa bekerjaa. Kita, para pemuda Indonesia haruslah menjadi pribadi tangguh yang selalu bekerja dengan cerdas serta santun demi kemajuan bangsa Indonesia tercinta.Akhirnya, marilah kita tatap masa depan dengan penuh harapan dan penuh semangat. Jayalah negriku, majulah bangsaku, Indonesia! Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf jika ada salah dalam tutur maupun laku saya. Wabillahi taufiq wal hidayahWassalamualaikum Wr. Wb.

E. PROSEDUR PENYUSUNAN TEKS CERAMAH

Langkah-langkah penyusunan teks ceramah menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 96) adalah sebagai berikut ini.

1. Menentukan Topik

Tentu ini menjadi hal pertama yang harus ditentukan. Dari mana kita mendapat topik? Kadang kita mendapat topik dengan tidak sengaja misalnya saat ada kejadian yang hangat diperbincangkan/viral di sekitar kita. Kadang kita memang ingin mengangkat suatu topik yang kita rasa seharusnya diketahui oleh banyak orang. Dari manapun kita mendapatkan inspirasi topik tersebut, pastikan topik yang kita pilih sesuai dengan acara ceramah tersebut. Topik yang diambil dapat meliputi: keterampilan, keahlian, pelajaran, biografi tokoh terkenal, dsb.

2. kita harus Merumuskan Tujuan Ceramah

tujuan adalah hal yang harus diperhatikan ketika sudah menemukan topik yang akan dibawakan. Untuk apa kita memberikan ceramah? Apakah untuk berbagi ilmu? Atau mau Mengajak pendengar untuk melakukan  atau meyakini sesuatu? Jadi harus kita tentukan dulu tujuan kita menyampaikan ceramah tersebut.

3. Menyusun Kerangka Ceramah

Kerangka teks ceramah adalah rencana yang memuat pokok-pokok bahasan struktur teks ceramah. Setiap bagian struktur yaitu: pembuka, isi, dan penutup dibuat kalimat pokok atau ide pokoknya terlebih dahulu tanpa penjelasan detail.

4. Menyusun Ceramah Berdasarkan Kerangka

Setelah kerangka telah selesai dibuat, maka kembangkan setiap kalimat pokok tadi menjadi paragraf-paragraf yang diberi kalimat penjelas, baik secara deduktif (kalimat pokok di awal paragraf) maupun induktif (kalimat pokok di akhir paragraf). Bersamaan dengan itu, penulisan teks ceramah juga harus dibarengi dengan penghayatan terhadap materi yang akan disampaikan.

E. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS CERAMAH

    Pembahasan terakhir yaitu tentang kaidah kebahasaan dalam teks ceramah. Teks ceramah juga memiliki karakteristik dan ciri khas kebahasaan tersendiri yang cenderung beda dengan teks lain. Berikut adalah beberapa kaidah kebahasaan dari teks ceramah. 

1. banyak memakai kata ganti orang pertama (tunggal) dan kata ganti orang kedua jamak sebagai sapaan. Kata ganti orang pertama  adalah kata ganti  yang biasa digunakan untuk menggantikan orang yang sedang berbicara. Kata ganti pertama Contohnya: sayaakukami. Sementara kata ganti kedua adalah kata ganti yang bisa digunakan untuk menggantikan orang yang sedang diajak berbicara. Kata ganti orang kedua jamak contohnyaanak-anak, hadirin, bapak-bapakibu-ibu, kalian, saudara-saudara.dan sebagainya.

2.   2. Banyak menggunakan kata teknis atau istilah yang sesuai dengan topik yang dibahas. Misalnya jika topik yang di bahas adalah kebahasaan atau sastra, istilah-istilah yang muncul misalnya: prosa, puisi, , majas, dan lain-lain.

3.   3. Menggunakan kata-kata yang menunjukan hubungan sebab akibat atau argumentasi. Contohnya: dengan demikian, akibatnya, oleh karena itu, maka, sebab, karena.dan sebagainya.

4.   4. Banyak memakai kata kerja mental, misalnya: memprihatinkan, , mengagumkan, diharapkan, dan sebagainya.

5.   5. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti: diharapkan, sebaiknya, hendaklah, perlu, harus. Dan sebagainya.

 

Demikian materi teks ceramah yang dapat kita bahas di kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat. Tetap sehat, tetap semangat Sahabat. ;)

Rabu, 28 April 2021

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama


 

    Sahabat, pernahkah kalian menonton film Sang Kyai? Taukah juga kalian dengan film Dilan? Kira-kira kedua film tersebut bagaimana ya coraknya? Sama kah? Mirip kah? Atau sangat jauh perbedaan coraknya? Dilihat dari posternya saja tentu semua sepakat jika kedua film tersebut sangat berbeda ya. Mulai dari tema, tokoh, konflik dan sebagainya semua berbeda. Nah, pembahasan itulah yang akan kita ulas bersama pada kesempatan kali ini.  Jika kemarin kita sudah membahas pengertian, ciri-ciri hingga struktur dan jenis-jenis drama, kali ini kita akan fokuskan pembahasan pada unsur pembentuk drama. Sama dengan jenis karya sastra lainnya, drama juga harus mempunyai unsur-unsur yang berfungsi untuk membangun cerita, baik membangun dari dalam atau dari luar drama. Kita biasanya menyebut dengan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Bagaimanakah unsur intrinsik dan ekstrinsik itu? Simak sampai selesai, jangan lupa untuk mencatat dan membuat peta konsep.

    Sebagai salah satu bentuk karya sastra, drama tidak jauh berbeda dengan bentuk karya sastra prosa yang lain seperti novel, roman atau cerpen yang mempunyai unsur-unsur pembangun. Unsur pembangun drama dibagi menjadi dua. Yaitu unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik. Kita bahas unsur intrisik terlebih dahulu ya.

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir secara nyata. Unsur intrinsik secara faktual akan kita jumpai jika kita membaca/menonton karya sastra. Dengan kata lain, Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Atau, jika dilihat dari sudut kita sebagai pembaca/penonton, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama. Apa saja unsur intrinsik drama? Kita bahas yuk!

 1.       Tema

Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya Tema merupakan ide pokok atau pikiran pusat, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.

Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia pengarang. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema menjadi landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yang pertama tema mayor ( tema pokok yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor. Misalnya, dalam film Dilan terdapat tema mayor tentang kisah percintaan antara Dilan dan Milea. Namun dalam film tersebut juga ada beberapa tema minor yang menguatkan tema mayor antara lain tentang persahabatan, pola asuh orang tua, dan kritik sosial.

2.      2. Tokoh 

                Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita. Tokoh juga bisa diartikan sebagai pelaku dalam karya sastra. Tokoh berfungsi sebagai penggerak cerita, oleh karena itu ia adalah individu rekaan yang dikenai atau yang mengalami berbagai peristiwa (Sudjiman, 1991). Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yakni tokoh sentral atau tokoh utama (tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam cerita) dan tokoh peripheral atau tokoh tambahan. Hadirnya tokoh tambahan diharapkan agar peristiwa atau perbuatan yang dialami tokoh utama menjadi lebih hidup (Sayuti, 2000).

Sedangkan Berdasarkan sifatnya,  tokoh dibedakan menjadi 3, yaitu tokoh antagonis, tokoh protagonis, dan tokoh tritagonis.

Tokoh protagonis adalah tokoh yang menyampaikan nilai-nilai positif sedangkan tokoh antagonis adalah lawan dari tokoh protagonis yang menyampaikan nilai-nilai negatif. Kemudian bagaimana dengan tokoh tritagonis? Tokoh tritagonis adalah tokoh penengah. Biasanya diperankan oleh orang bijak yang menengahi permasalahan antara tokoh protagonis dan tokoh tritagonis.

3.     3. Perwatakan/Penokohan

Perwatakan/penokohan merupakan penggambaran sifat batin seorang tokoh yang disajikan di dalam suatu cerita. Perwatakan tokoh dalam drama digambarkan dengan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh. Watak dari para tokoh itu digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional) sebagai berikut :

1) Keadaan fisik, diilustrasikan melalui umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas yang menonjol, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, suku bangsa, kurus/ gemuk,  suka senyum/cemberut dan sebagainya.

2) Keadaan psikis, ini melingkupi watak, kegemaran, standar moral, temperamental, ambisi, psikologis yang dialami, mental, dan keadaan emosi.

3) Keadaan sosiologis, ini meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama,

dan ideologi.

4.      Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakkan jalan cerita. Alur drama terdiri dari:

1) tahapan awal, pada tahapan awal ini merupakan tahapan pengenalan tokoh-tokoh cerita serta perwatakan, latar, dan hal-hal umum lainnya.

2) pemunculan konflik, tahap selanjutnya penonton diajak pada pengenalan konflik. Pada tahap ini, konflik suatu drama mulai ditampilkan. Dalam tahap ini pula penonton akan mengenal alur dari cerita yang dibuat.

3) tahap komplikasi atau tahap peningkatan konflik. Pada tahap ini semakin banyak insiden-insiden yang terjadi. Beberapa konflik pendukung akan terjadi untuk menguatkan konflik utama pada alur cerita.

4) Klimaks, merupakan tahapan puncak dari konflik yang ada. Di tahapan ini merupakan tahap puncak dari ketegangan yang terjadi mulai dari awal cerita.

5) Resolusi, merupakan tahap yang menujukan jalan keluar dari setiap konflik yang ada. Teka teki pada setiap konflik yang terjadi pada awal- awal cerita akan terungkap pada tahap ini. Sering kali, perwatakan yang asli dari setiap tokoh akan muncul di tahapan ini.

6) Akhir, pada tahap ini adalah bagian akhir cerita. Dalam tahap ini semua konflik telah terpecahkan dan merupakan akhir dari cerita.

Alur dibagi menjadi 3. Ada alur maju, alur mundur dan alur campuran.

1) Alur maju (progresif), yaitu alur cerita  yang berjalan maju, mulai dari masa kini ke masa

yang akan datang.

2) Alur mundur (regresif), kebalikan dari alur progresif. Yaitu alur cerita yang berjalan mundur, artinya masa kini adalah sebuah hasil dari konflik-konflik yang terjadi pada masa lalu.

3) Alur campuran, alur cerita yang mencampurkan masa kini dengan masa lalu dan juga dengan masa depan. Di sebut juga alur bolak- balik. Cerita dengan alur ini mengungkakan konflik yang belum selesai dari masa lalu, masa sekarang, dan penyelesaian di masa depan yang saling terkait satu sama lain.

 

 

e. Setting atau Latar

Setting ataupun tempat kejadian cerita sering disebut juga sebagai latar cerita. Setting melingkupi tiga dimensi, antara lain sebagai berikut.

1) Setting atau latar tempat merupakan tempat terjadinya cerita di dalam sebuah drama, Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya di rumah, di sekolahan, di medan tempur, dan sebagainya.

2) Setting atau latar waktu merupakan waktu/zaman/periode sejarah terjadinya cerita di dalam sebuah drama. Misal siang hari, sore hari, zaman penjajahan dan sebagainya.

3) Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. Misal suasana tegang, haru, gembira, menyedihkan. Mungkin juga menggambarkan suasan kehidupan di budaya jawa, masyarakat Betawi dan sebagainya.

f. Dialog (Percakapan)

Ciri khas naskah drama adalah berbentuk cakapan atau dialog, Di bawah ini merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan dialog dalam naskah drama.

1) Dialog tersebut harus mencerminkan percakapan sehari-hari, karena di dalam drama itu merupakan mimetik (tiruan) dari kehidupan sehari-hari.

2) Ragam bahasa dalam dialog drama tersebut menggunakan bahasa lisan yang komunikatif serta juga bukan ragam bahasa tulis.

3) Diksi (pilihan kata) yang digunakan di dalam sebuah drama juga harus berhubungan dengan konflik serta plot.

4) Dialog dalam naskah drama tersebut juga harus bersifat estetis, artinya adalah memiliki bahasa yang indah.

5) Dialog juga harus dapat mewakili tokoh yang dibawakan, baik itu watak secara psikologis, sosiologis, ataupun juga fisiologis.

g. Konflik

Konflik merupakan pertentangan atau juga masalah dalam drama. Konflik tersebut dibedakan menjadi dua, konflik eksternal dan internal.

1) Konflik eksternal merupakan sebuah konflik yang terjadi antara tokoh dengan sesuatu yang berada di luar dirinya atau biasa disebut dengan konflik fisik.

2) Konflik internal merupakan konflik yang terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri atau disebut konflik batin.

h. Amanat atau Pesan Pengarang

Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada para pembaca atau penonton melalui sebuah drama.  Amanat drama itu selalu berhubungan dengan tema drama. Amanat juga menyangkut nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat yang disampaikan secara implisit.

 

8. Unsur Ekstrinsik Drama

Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang datang dari luar namun mempengaruhi sebuah cerita yang disajikan. Artinya, unsur-unsur ekstrinsik tidak terlibat pada jalannya cerita, namun keberadaan unsur ini sangat mempengaruhi perkembangan sebuah cerita. Yang termasuk unsur ekstrinsik sebuah drama yaitu: Faktor ekonomi, Faktor politik, Faktor sosial-budaya, Faktor Pendidikan, Faktor Kesehatan, Faktor psikologis pemain dan kru, Kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.

Terakhir kita masuk ke pembahasan ciri-ciri kebahasaan teks drama. Menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 264) teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1.      Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis) seperti: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.

2.      Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, contohnya: menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.

3.      Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, contohnya: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.

4.      Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana, seperti: misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.

 

 

Demikian materi drama yang dapat kita bahas. Semoga bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat. Wassalamualaikum wr. Wb.

BUKU FIKSI DAN NON FIKSI


 

Assalamualaikum wr. Wb. Hai sahabat Galeri Bahasa. Bagaimana kabar kalian semua? Semoga tetap sehat dan tetap semangat belajar bersama Galeri Bahasa. Sahabat, apa yang terlintas di pikiran kalian semua jika Bu Iva bertanya apakah kalian suka buku? Dan, berapa banyak buku yang sudah kalian baca dalam satu semester lalu? Sebagian dari kalian pasti ada yang menjawab, saya suka buku bu. Dan sudah tidak terhitung buku yang sudah saya baca dalam 1 semester lalu. Ada pula sebagian dari kalian yang menjawab, saya membaca buku kalau disuruh guru bu. Jadi yaa buku yang saya baca sejumlah buku pelajaran di sekolah. Dan ada pula sebagian dari kalian, saya harap sebagian kecil saja menjawab, saya tidak suka buku bu. Saya disuruh baca buku oleh ibu saya guru saya, saya tetap tidak baca buku, karena saya tidak suka buku. Nah, tim ketiga ini yang bahaya. Karena membaca buku tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Seperti kata pepatah, buku adalah jendela dunia.  Semakin banyak buku yang kamu baca, semakin banyak pula pengetahuan baru yang kamu dapat. Kegiatan membaca juga mampu mempertajam pikiran, Mengembangkan kemampuan verbal, Melatih kemampuan berpikir dan menganalisa, Melatih fokus dan konsentrasi, hingga melatih kemampuan berpikir kritis. Dengan banyaknya manfaat yang kita dapat dari kegiatan membaca, sangat rugi jika kita dengan sengaja membiasakan diri untuk tidak akrab dengan buku. Ada beeerbagai macam buku yang dapat kita baca.  Nah, di kesempatan  ini kita akan belajar bersama tentang buku fiksi dan  nonfksi. Apa sih buku fiksi dan non fiksi itu? Simak video ini sampai habis. Jangan lupa untuk mencatat dan membuat peta konsep.

 

Jika kita membicarakan buku non fiksi, maka pasti ada pula yang namanya buku fiksi. Kira-kira apa ya perbedaan istilah fiksi dan non fiksi?

Buku fiksi merupakan buku yang menyajikan kejadian atau peristiwa tentang kehidupan berdasarkan hasil dari rekayasa imajinasi pengarang. Kejadian-kejadian yang ada dalam karangan tersebut  bukanlah kejadian yang sebenarnya, namun hanya sebatas rekaan atau khayalan belaka dari pengarang. Ide dan gagasan dari pengarang bisa saja bersumber dari fakta dalam kehidupan sehari-hari. namun fakta tersebut, telah diolah dan dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kemampuan imajinasi pengarang. Contoh beberapa buku fiksi antara lain dongeng, novel, cerita pendek (cerpen), fabel, dan buku naskah drama.

Beberapa ciri-ciri dari buku fiksi antara lain:
- Bersifat rekaan atau imajinasi,

-          sering menggunakan gaya bahasa (majas) dalam penulisannya

-          sering menggunakan bahasa yang konotatif atau bukan makna sebenarnya
- Memiliki pesan moral atau amanat yang disampaikan kepada pembaca
- membuat pembaca seakan-akan ikut merasakan yang sedang diceritakan.

 

Sedangkan karangan non fiksi merupakan kebalikan dari karangan fiksi. Karangan non fiksi menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi. Jadi,  buku nonfiksi adalah buku yang di buat berdasarkan hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau bisa juga kita sebut dengan fakta. contoh buku non fiksi antara lain: buku ilmiah penelitian, buku pelajaran, buku ensiklopedia, jurnal, buku dokumenter, buku biografi, dan buku laporan ilmiah seperti skripsi, tesis, makalah, dll).

Buku Nonfiksi mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan buku fiksi. Ciri-ciri tersebut antara lain:

1.      Menggunakan bahasa yang formal

Ciri ini adalah ciri yang paling menonjol. Dari segi penulisannya, buku nonfiksi disampaikan menggunakan bahasa formal, sesuai dengan bahasa yang baik dan benar. Meskipun ada beberapa buku nonfiksi, seperti buku motivasi dan referensi, ditulis dengan menggunakan bahasa yang santai. Walaupun begitu, penulisannya tetap menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah penulisan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)

2.      Menggunakan kata/frasa denotatif

Kata denotatif maksudnya adalah kata yang mengandung makna sebenarnya. Informasi yang disampaikan oleh penulis disajikan secara lengkap dan tegas. Ini sangat berkebalikan dengan ciri karangan fiksi yang sering menggunakan kata konotatif. Agar lebih jelas perbedaan antara konotatif dan denotative, perhatikan kalimat berikut:

Desi mempunyai dua kambing hitam. Kambing hitam dalam kalimat tersebut adalah makna denotatif atau makna sebenarnya, karena merujuk pada hewan kambing yang berwarna hitam.

Bandingkan dengan kalimat berikut:

Vino dijadikan kambing hitam agar temannya tidak mendapat hukuman. Kambing hitam dalam kalimat tersebut tentu bukan bermkasud menjadikan Vino sebagai hewan kambing berwarna hitam. Melainkan bermakna bahwa Vino menjadi orang yang disalahkan padahal dirinya tidak bersalah. Jadi, kambing hitam di kalimat pertama merupakan frasa denotative, sedangkan kambing hitam di kalimat kedua adalah frasa konotatif.

3.      Berdasarkan fakta yang sudah terbukti kebenarannya.

4.      Tulisan berbentuk tulisan ilmiah popular

Suatu tulisan dikatakan sebagai tulisan ilmiah popular karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang santai namun isinya tetap diambil berdasarkan kajian, daftar pustaka, dan sumber referensi yang ilmiah.

5.      Temuan yang dituliskan adalah temuan baru atau pengembangan dari temuan yang sudah ada

6.      Memiliki Objektivitas yang Tinggi

Maksudnya, fakta dan data yang disampaikan ke pembaca sesuai dengan kebenarannya dan tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penulis.

buku nonfiksi dikelompokkan menjadi beberapa jenis menurut isinya, jenis-jenis tersebut yaitu:

Pertama adalah buku biografi. Buku biografi merupakan buku yang berisi riwayat hidup seseorang, biasanya mengenai riwayat hidup pahlawan atau tokoh-tokoh berpengaruh. Buku biografi tentunya ditulis agar dapat menginspirasi para pembacanya.

Kedua adalah buku literatur. Buku literatur merupakan buku yang memiliki fungsi untuk digunakan sebagai rujukan kajian keilmuan. Buku literatur sering disebut diktat atau buku kuliah. Biasanya, buku literatur sering ditulis berdasarkan penelitian. Maka dari itu, buku ini sudah jelas memiliki kadar keilmiahan yang sangat tinggi. Jadi, buku literatur ini sering ditulis oleh dosen atau peneliti.

Ketiga adalah buku motivasi. Buku motivasi merupakan buku yang berisi kajian psikologis untuk membangkitkan gairah atau semangat bagi para pembacanya. Buku motivasi dapat disusun berdasarkan kajian keagamaan atau moral. Dengan membaca buku motivasi, pembaca diharapkan mendapat energi baru untuk meneruskan hidup dan semangat untuk terus berkarya.

Keempat adalah buku pendamping. Buku pendamping merupakan buku yang memiliki fungsi untuk mendampingi buku utama. Biasanya buku pendamping disebut pula buku pengayaan. Jadi, buku pendamping ditulis setelah ada buku utama misal buku pelajaran untuk anak sekolah. Kajian buku pelajaran tersebut masih bersifat umum. Jadi, buku pelajaran memerlukan buku pendamping (pengayaan) untuk menjelaskan dan melengkapi buku utama karena ada beberapa bagian yang tidak dijelaskan secara lengkap dalam buku utama.

Secara umum, sistematika buku non fiksi terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

Sampul, halaman judul, halaman hak cipta, kata pengantar, daftar isi, isi buku yang terdiri dari beberapa bab, glosarium (daftar istilah beserta definisi), daftar pustaka, indeks (daftar kata disertai informasi halaman) dan lampiran.

Sebuah karya tulis yang dituangkan ke dalam sebuah buku, tentunya akan disertai dengan beragam komentar. Itulah yang dinamakan resensi, yaitu komentar, tanggapan atau penilaian yang diberikan secara logis atas isi karya atau buku tersebut. Tanggapan terhadap isi buku atau karya tulis tersebut dapat dilakukan dengan mengamati kelebihan dan kekurangan buku baik fiksi maupun non fiksi.

Tanggapan terhadap isi buku fiksi dilakukan dengan mengomentari unsur-unsur dari buku fiksi tersebut. Adapun unsur-unsur buku fiksi yang dapat dikomentari antara lain sampul buku, rincian subbab buku, tokoh dan penokohan, tema cerita, bahasa yang digunakan, penyajian alur cerita, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.

Dalam menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terhadap unsur-unsur buku tersebut dan jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dibangun menjadi komentar terhadap isi buku. Adapun contoh pertanyaannya seperti :

  • Bagaimana judul dan tema dikembangkan?Apakah ada keunikan dalam pengembangan judul dan tema?
  • Bagaimana pengarah mengembangkan latar cerita?
  • Bagaimana pengarang mengembangkan tokoh dan watak tokoh?
  • Bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang?
  • Apakah kalimat-kalimat yang digunakan pengarang memiliki keunikan dan kekuataan dalam membangun cerita?

Tanggapan terhadap isi buku non fiksi dilakukan dengan mengomentari unsur-unsur buku non fiksi seperti sampul buku, rincian subbab buku, judul sub bab, isi buku, cara pengarang menyajikan cerita, bahasa yang digunakan, dan sistematika penulisannya.

Sama hal nya seperti komentar dalambuku fiksi, dalam mengomentari isi buku non fiksi juga dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan mengenai unsur-unsur buku tersebut, seperti :

  • Apa judul dan tema buku?
  • Bidang ilmu apa yang dibahas dalam buku?
  • Garis besar apa yang disampaikan dalam buku?Apa isi dari tiap babnya?
  • Apakah buku ditunjang dengan gambar atau foto, ilustrasi, table, dan grafik?dan apakah penunjang tersebut cukup mampu membantu pembaca lebih memahami isi teks?
  • Apakah sistematika penulisan mudah diikuti?
  • Apakah bahasa yang digunakan mudah dipahami?

Demikian materi buku fiksi dan non fiksi yang kita pelajari di kesempatan ini. Semoga bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat. Wassalamualaikum wr. Wb.

 

 

 

Teks Artikel Kompas "Jalan Panjang Merawat Demokrasi"

  Hidup berdampingan dengan segala perbedaan menjadi anugerah keistimewaan di Indonesia. Namun, berbagai dinamika sosial hingga politik akhi...