Selasa, 15 Oktober 2019

Cerpen "Misteri Sebuah Peta" karya Saniya Habibah (Kumpulan Cerpen Siswa MA Abdullah)


                  MISTERI SEBUAH PETA

(sumber : http://www.misterifaktadanfenomena.com)



          “Lihat udah jam berapa ini? Udah berangkat aja, nanti keburu siang!” ucap Soni dengan menunjuk jam tangan yang ia gunakan disertai dengan wajah yang sedikit kesal. “Iya, sebentar lagi. Dito masih belum datang,kita harus tunggu dia!” jawab Lili dengan nada lembut. Bukannya menjawab apa yang dikatakan oleh Lili, Soni malah langsung masuk mobil dengan wajah yang marah. Soni merupakan seorang lelaki yang memiliki sifat kurang sabar dan keras kepala. Dia suka marah-marah jika ada temannya yang kurang tepat waktu. Saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.10 WIB. Teman-teman Dito masih tetap menunggu Dito yang belum datang.
        Tak lama kemudian akhirnya Dito telah datang dengan terengah-engah. “Maaf teman-teman, aku datang terlambat. Tadi aku bangun kesiangan.” ucap Dito dengan penuh penyesalan. “Ya nggak apa-apa. Lain kali tidurnya jangan malam-malam,!”nasehat Sima kepada Dito.”Iya. Sekali lagi aku minta maaf ya teman-teman!”.  “Udah-udah ayo kita berangkat!”ucap Soni ketus.

       Setelah Dito datang, mereka pun berangkat untuk melakukan kegiatan yang telah menjadi hobi mereka, yaitu mendaki sebuah gunung. Kali ini mereka mendaki sebuah gunung di kawasan Jawa Barat.
       Mereka berangkat dengan menggunakan mobil milik Soni. “Jangan lupa banyakin baca sholawat ya teman-teman dan usahakan pikiran kita jan sampai kosong!” ucap Sima dengan meyakinkan teman-temannya. “Iya, makasih ya udah diingatkan!” balas Lili dengan tersenyun.

      Hampir setengah jam perjalanan dengan menggunakan mobil Soni, akhirnya mereka telah sampai disalah satu desa terdekat gunung tujuan mereka. Mereka meminta izin kepada ketua RT Desa tersebut untuk menitipkan mobil Soni. “Pemisi, Pak. Sebelumnya kami meminta maaf karena telah menggangu bapak sebentar. Kami kesini mau meminta izin untuk menitipkan mobil kami, Pak. Apakah diperbolehkan, Pak ?” kata Soni seraya bersalaman dengan Pak RT dan diikuti oleh 5 sahabatnya. “Iya, Mas. Tentu saja diperbolehkan. Kalau boleh tahu memangnya mas-mas dan mbak-mbak ini mau kemana ?” tanya Pak RT kepada 6 orang sahabat tersebut. “Begini,Pak. Kami ingin melakukan pendakian gunung dekat desa ini.” Jawab Dito. “Kalau boleh saya sarankan,leih baik kalian hati-hati. Dan jika nanti kalian tersesat,jangan segan-segan untuk menghubungi saya” ucap Pak RT sambil memberikan kertas yang berisikan nomor teleponnya kepada Dito. “Iya, Pak. Terima kasih atas kesediaan bapak untuk membantu kami. Nanti kalau ada apa-apa kam pasti akan menghubungi bapak. Sekali lagi terima kasih ya Pak atas bantuannya!” kata Sima mewakili teman-temannya dengan penuh rasa hormat.

         Matahari mulai menunjukkan wajahnya dari arah timur dengan suasana pagi yang masih segar, mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Mereka menyusuri jalan di desa tersebut dengan berbincang-bincang dengan satu sama lain. “Hmm. Subhanalloh seger banget ya hawa disini. Beda banget sama hawa dikota” ucap Dina dengan menikmati suasana pedesaan yang masih segar. “Iyalah. Di kota kan udah banyak polusinya, kalau disini kan pohon-pohon masih banyak”jawab Soni. “Iya, aku jadi pingin pindah didesa aja ya” ujar Dina kepada teman-temannya. “Iya, aku juga” sahut Sima.

         “Nah, kita udah sampai di lereng gunung nih, masih kuat semua kan?”ucap Dito kepada teman-temannya dengan wajah gembira. “Masihlah, Dit. Inikan belum dimulai, kita masih kuat kog!” jawab semua cewek dengan spontan. “Ayo kita lanjut. Bismillahirrohmanirrohim !!” sahut para cewek dengan penuh semangat. Mereka memulai pendakian dari lereng gunung tersebut dengan penuh semangat.

         “Naik-naik kepuncak gunung, tinggi –tinggi sekali..haahaha” Soni dan teman-temannya bernyanyi disertai canda gurauan yang saling bersautan. “Oiya teman-teman, kalian tadi udah makan belum?” tanya sima kepada teman-temannya. Sima merupakan sosok sahabat yang sangat erhatian kepada teman-temannya. Dia juga suka membantu jika ada temannya yang sedang mengalami kesulitan. “Aku sudah” jawab Soni,Dito, dan Mia dengan senyum. “Aku belum” jawab Lili dan Dina dengan memasang wajah sedikit kecut. “Lhoh! Kok belum makan sih. Nanti kalian kuat nggak ? Ini masih jauh banget loh perjalanan kita.” kata Mia dengan penuh perhatian kepada Dina dan Lili. Sama halnya dengan Sima, Lili juga merupakan sosok sahabat yang perhatian kepada teman-temannya. “Kuat kog Mia .Tenang aja, kita kan orangnya strong. Iyakan,Li ?hahahaha” kata Dina dengan sedikit gurauan. “Iya,bener banget kamu,Din.” sahut Lili. “Ya udah nanti kalau lemes atau ada apa –apa, bilang aja sama kita-kita” lanjut Mia dengan tersenyum.

         Di perjalanan menuju puncak gunung,mereka mengalami permasalahan. Jalan yang mereka lewati terlalu menanjak, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk bisa naik ke atas. Tetapi mereka tidak putus asa, mereka saling membantu satu sama lain agar bisa naik menuju puncak gunung. “Dito dito tolongin dong! Enggak bisa  naik nih” gerutu para cewek kepada Dito. “Hmm. Gitu aja gak bisa naik!”jawab Dito dengan menggelengkan kepala disertai dengan ekspresi muka datar.
     Setelah Dito diam sejenak, akhirnya Dito mau menolong Dina dan teman-teman perempuan lainnya. “Hmm. Ya udah aku tolongin,ayoo!”ujar Dito dengan sedikit senyuman diwajahnya. “Makasih, Dito” serentak para cewek menjawab ucapan Dito dengan tersenyum.

     Sesampainya ditengah pendakian menuju puncak, mereka menghentikan perjalanan untuk beristirahat sejenak guna menstabilkan tubuh mereka yang kelelahan. Disela-sela itu Dina dan Mia melihat-lihat pemandangan dari atas gunung “Subhanalloh indah banget ya pemandangannya, Din. Ayo kita selfi dulu!” kata Sima dengan tertawa. Mereka mengabadikan peristiwa pendakian mereka dengan foto bersama. Namun, disaat mereka sedang asyik berfoto, Mia dan Dina melihat awan gelap yang tebal dari kejauhan sebagai pertanda akan turun hujan yang lebat. “Mia mia lihat itu awannya gelap banget. Kayaknya mau turun hujan deh!” ucap Dina dengan sedikit panik. Mereka berdua langsung menemui teman yang lainnya dan memberitahukan bahwa hujan akan segera turun.
     Kemudian mereka bergegas untuk melanjutkan pendakian  mereka dan melihat kesana-kemari apakah ada rumah kosong  yang bisa digunakan untuk berteduh.
     Hujan mulai turun sedikit demi sedikit. Mereka mulai panik tak karuan “Hey, gimana ini ? hujannya udah turun!” ucap Lili dengan panik. “Teman-teman, itu kayaknya ada rumah. Ayo kita kesana aja!” ucap Soni dengan menunjuk dari kejauhan sebuah rumah tua yang tampaknya sudah tak berpenghuni. “Enggak ah, serem tau. Jangan- jangan nanti ada hantunya lagi. Hii!” Jawab Dina dengan gaya sok ketakutan. “Udah deh,enggak usah lebay kayak gitu. Hujan makin lebat nih, kamu mau kehujanan ?!” kata Sima dengan ketus.

      Mereka mulai berlarian untuk memasuki rumah tua tersebut. “Ayo kita masuk, siapa tahu di dalam ada orangnya!” ajak Soni kepada teman-temannya. “Assalamu’alaikum. Apa ada orang?” Lanjut Soni dengan langsung membuka pintu yang sudah sedikit usang dimakan rayap. Mereka masuk kedalam rumah tersebut dan mencari-cari apakah ada orang yang tinggal dirumah itu . Bukannya orang yang mereka temukan, tetapi mereka menemukan sebuah peta kecil yang berisikan sebuah peta misterius. “Lihat, ini kayaknya peta deh!” kata Lili dengan menunjukkan peta yang dibawanya. “Peta apa?” tanya Sima kepada Lili. “Enggak tau. Buka aja ya!” kata Lili kepada teman-temannya sambil membuka peta tersebut. Peta tersebut ternyata berisikan petunjuk arah ke sebuah tempat yang  belum pernah diketahui oleh orang-orang secara umum. “Ini kayaknya tempat rahasia deh. Kalau enggak rahasia gak mungkin sampai dibuat peta kayak gini. Gimana kalau kita ikuti peta ini? Nanti kita upload tempat apa ini, orang-orang biar pada tau.” saran Dito kepada teman-temannya. “Enggak usah aneh-aneh deh, Dit. Jangan-jangan ini tempat mistis. Mending gak usah kesana deh!” jawab Dina dengan berpikiran yang tidak-tidak. “Jangan gitu, Din. Kita ini udah enggak tau arah kemana-mana nih. Kalau kita ikuti arah peta ini, siapa tahu kita bisa menemukan sebuah tempat rahasia trus kita juga bisa pulang” lanjut Dito.
      “Hujannya udah reda tuh. Kalian mau melanjutkan kegiatan ini nggak?” ucap Soni. “Jalan satu-satunya kalau kita tetap mau melanjutkan perjalanan ini, kita harus ikuti arah peta ini.” Lanjut Soni dengan menunjuk peta yang dibawa Lili. Mereka keluar dari rumah tersebut dan  memastikan suasana yang ada di sekitar hutan tersebut.

     Langit kembali menunjukkan suasana cerah dan matahari kembali bersinar terang. Setelah saling memperdebatkan tentang peta yang ditemukan. Akhirnya, mereka setuju untuk tetap melanjutkan perjalanan mereka dengan mengikuti arah peta tersebut. Jalan yang mereka lalui menjadi sangat licin, karena baru saja diguyur hujan. Brukk! Terdengar ada suara orang yang sedang terjatuh. Setelah ditengok kebelakang, ternyata Dina terjatuh  “ A.. Aaduuhh. Kakikuu..” ujar Dina sambil memegang kakinya. “Ada apa,Din?” serentak semuanya dengan nada panik. “Sepertinya kakiku terkilir” jawab Dina dengan nada kesakitan. Semua langsung ambil bagian untuk segera menolong Dina yang sedang kesakitan.

     Beberapa menit kemudian Dina sudah bisa berjalan secara normal kembali “Gimana masih sakit nggak, Din??” tanya Sima. “Ya, udah nggak sakit lagi kok.  Ayo kita lanjut lagi!”. Mereka melanjutkan perjalanan dengan penuh hati-hati dengan harapan tidak ada yang terjatuh kembali.

        Beberapa jam telah berlalu, mereka akhirnya telah sampai pada titik terakhir tempat yang ditunjukkan oleh peta tersebut. Ternyata, tempat yang ditunjukkan yaitu sebuah kawasan air terjun yang belum pernah diketahui oleh orang secara umum. Pemandangannya pun masih asli belum ada sampah-sampah yang menandakan ada orang yang mengunjungi tempat tersebut. Disamping air terjun terdapat gua yang berisikan buku-buku atau batu-batu  yang ada tulisan dengan menggunakan huruf pallawa. Hal itu menandakan bahwa dalam gua tersebut pernah terjadi siklus sejarah pada zaman dahulu kala.
      Mereka mengambil foto tentang hal itu dan menginformasikan kepada pihak berwenang yang bertugas mengurusi siklus sejarah pada zaman dahulu yang pernah terjadi di Indonesia, agar siklus sejarah yang belum diketahui tersebut bisa terurus kembali.

      Mereka melanjutkan kegiatan mereka dengan menikmati keindahan pemandangan air terjun. “Ayo kita main-main air apa nyebur ke air gitu. Jangan sampai kita lewatkan moment ini!” ajak Mia kepada teman-temannya.
         Tidak terasa hari mulai senja, mereka masih terlalu asyik menikmati keindahan dan keasrian air terjun tersebut. Dan mereka memutuskan untuk mendirikan tenda di dekat air terjun tersebut guna beristirahat setelah sehari penuh melakukan kegiatan pendakian.
          Malam harinya mereka membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan. Disela-sela itu, Soni asyik dengan memainkan gitar kecilnya sambil menyanyikan sebuah lagu kesukaanya.
            Malam semakin larut,hawa disekitar air terjun semakin dingin. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menghempaskan tubuh mereka masing-masing ditenda yang telah mereka dirikan.
       Keesokan harinya mereka berkemas-kemas untuk  melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah.

                  Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa dalam keadaan apapun,senang maupun sedih, seorang sahabat akan selalu bersama kita. Merekalah yang membantu kita disaat kita mengalami kesulitan. Kita juga tidak boleh berburuk sangka terhadap sesuatu yang belum kita ketahui kebenarannya.



Tentang penulis:
    SITI SANIYAH HABIBAH
   Panggilan akrabnya Saniya Habibah. Gadis yang tinggal di daerah Kediri ini selain sibuk menulis, sehari-harinya masih tercatat sebagai salah satu siswi MA Abdulloh,Kediri. Ia termasuk siswa yang aktif dalam kepramukaan di sekolahnya. Ia juga pernah menjuarai beberapa kali dalam olimpiade Sains dan Agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah MC Pelantikan Fatayat NU

  Assalamualaikum wr. Wb الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ ، أَمَّا ب...