Assalamualaikum wr. Wb. . Hai, Sahabat Galeri Bahasa. Bagaimana
kabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Kali ini kita akan
membahas materi yang bisa dikatakan ditakuti dan dihindari oleh Sebagian siswa.
Materi apa itu? Yak. Debat! Banyak siswa yang sudah keringat dingin jika sudah
masuk ke materi satu ini karena takut ada praktik debat di akhir pembelajara,
terutama pembelajaran tatap muka. Mengapa demikian? Karena para siswa terlanjur
mengira bahwa debat itu selalu tegang dan menyeramkan. Padahal, debat tak harus
seperti itu. Kegiatan berdebat dapat dilaksanakan dengan damai dan indah. Nah,
kali ini kita akan kenalan lebih jauh lagi apa dan bagaimana sih debat itu.
Untuk itu, simak video ini sampai selesai, jangan lupa untuk mencatat dan
membuat peta konsep.
Kalian pasti pernah mendengar kata ‘debat’. Bahkan kalian pasti
sudah pernah menyaksikan debat secara langsung maupun tidak langsung. Debat
calon presiden? Debat calon ketua osis? Atau bahkan mungkin ada yang pernah
ikut lomba debat? Sebenarnya apa sih debat itu?
Debat berasal dari Bahasa inggris (debate) yang artinya
pembahasan, diskusi atau perbincangan. Menurut KBBI, debat adalah sebuah
pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi
alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Jika mengacu dari
definisi tersebut, berarti disadari ataupun tidak, kita pasti pernah ya
melakukan hal ini dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa? Karena pasti selalu ada
perbedaan isi pikiran antara satu orang dengan orang lainnya. Nggak usah
jauh-jauh cari musuh debat, dengan sahabat kita saja bisa jadi kita juga sering
berdebat! Wah, berarti materi debat ini seharusnya tidak seseram di awal ya,
karena ternyata kita sudah sering melakukannya walaupun secara tidak sadar.
Kemudian apa sih tujuan
berdebat?
ada beberapa tujuan mengapa kita melakukan debat.
Pertama, untuk memenangkan argumentasi diri atas orang lain. Dalam kegiatan
debat kita menunjukkan kelebihan atau kebenaran argumentasi kita Semakin logis argumentasi kita, maka, ide
atau gagasan yang kita tawarkan dapat lebih dipertimbangkan.
Dan, kedua, dalam debat kita bisa menanggapi suatu
persoalan dengan sudut pandang yang berbeda. Bisa jadi, debat tersebut mampu
mengantarkan kita maupun lawan debat kita pada pemahaman yang lebih baik lagi
dan bukan tak mungkin, dengan berdebat kita bisa menyelesaikan suatu masalah.
Dari tujuan debat tersebut, dapat dipahami bahwa
debat bukanlah arena saling menjatuhkan pihak lawan, melainkan usaha untuk
meyakinkan atau mempengaruhi orang lain untuk menyetujui pendapat yang kita
sampaikan.
Debat memiliki beberapa Karakteristik utama antara lain:
1. Melibatkan dua pihak
2. Berbentuk komunikasi langsung (tatap muka)
3. Menyangkut suatu tema atau permasalahan yang mengandung konflik,
pertentangan ataupun perselisihan.
4. Menyelesaikan permasalahan tersebut melalui adu argumentasi dengan
saling meyakinkan yang disertai sejumlah alasan dan fakta.
5. Berujung pada dua hal: kesepahaman atau ketidaksepahaman.
Nah, Ternyata, tidak harus ada
kesepakatan atau pendapat yang sama di akhir debat! boleh saja orang yang
melakukan debat tetap pada pendapat mereka semula. artinya, tidak akan
didapatkan titik temu di akhir debat. Hal itulah yang membedakan Debat dengan
diskusi yang harus mendapatkan kata sepakat.
Karena tidak selalu memunculkan
kata sepakat di akhir, kegiatan debat ini sering dianggap menegangkan, kaku
bahkan rusuh. Untuk menghindari debat semacam itu, kita perlu menerapkan
beberapa etika dalam berdebat. Etika tersebut antara lain:
1.
Bertanyalah dengan serius. Hindari guyonan
maupun lelucon Ketika bertanya pada lawan debat, terlebih jika debat formal.
2.
Jangan sekali-kali menyinggung fisik lawan
debat. Focus ke argumen lawan debat, karena inti dari debat adalah adu
argument.
- Utamakan data dan
fakta. Poin ini sangat penting sekali karena untuk dapat mematahkan
argumentasi lawan debat, kita harus mengadu argumentasinya dengan data dan
fakta. Jadi, jauh sebelum kegiatan debat dimulai, kita perlu memperluas
pengatahuan kita tentang topik debat. Jangan sampai kita mengadu ide/gagasan
lawan debat kita dengan informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya.
- Hindari menginggung
pembahasan tentang suku, ras, maupun agama jika topik debat memang tidak membicarakan
masalah tersebut.
5.
Ikuti aturan main yang sudah ditentukan. Setiap pelaksanaan debat pasti
terdapat aturan main yang telah ditetapkan oleh penyelenggaranya. Mulai dari
batas bicara, aturan menyanggah lawan debatmu, hingga tata cara bertanya.
Inti dari kegiatan berdebat
ialah bertukar pendapat dan mempertahankan pendapat masing-masing dengan alasan
yang jelas dan logis. Dengan berdebat secara sehat, kita bisa mendapatkan
wawasan baru dari sudut pandang lawan debat. Saat berdebat, kemampuan kita
dalam merespon suatu masalah akan diuji. Melatih keberanian dalam mengemukakan
pendapat maupun menanggapi argumentasi lawan debat adalah hal mutlak yang harus
dilakukan agar debat kita dapat berjalan dengan lancer.
Selanjutnya, apa saja unsur-unsur
yang harus ada dalam debat?
Kegiatan debat,
khususnya debat formal, artinya debat yang direncanakan dan dijadwalkan
memiliki beberapa unsur.
1. Mosi
Mosi adalah pernyataan atau penentuan tentang suatu topik yang
menjadi bahan debat. Singkat kata, mosi adalah topik debat. Mosi dapat
disampaikan sebelum ataupun pada saat debat berlangsung.
2. Tim Afirmasi
Tim afirmasi adalah pihak yang setuju dengan topik yang
diperdebatkan (tim pro).
3. Tim Oposisi
Adalah kebalikan dari tim afirmasi, yaitu pihak yang tidak setuju
dengan topik yang diperdebatkan (tim kontra).
4. Moderator
Moderator akan berperan sebagai pihak yang memimpin, mengarahkan,
dan mengatur jalannya debat. Ia pun bertugas menertibkan jalannya debat, membacakan mosi
yang diangkat, serta mengenalkan pihak-pihak yang akan berdebat kepada penonton
atau penyimak debat.
5. Pihak netral
Keberadaan
pihak netral penting dalam debat untuk memberikan suatu pandangan objektif yang
pastinya tidak memihak salah satu pihak, antara tim afirmasi dan oposisi.
6. Juri
Juri bertindak sebagai penentu siapa yang
memenangkan sebuah debat. Keberadaan juri dibutuhkan dalam debat yang
dilombakan.
7. Ada notulis. Tugas dari notulis dalam debat ialah
mencatat keseluruhan proses debat. Ia juga harus mencatat dan merumuskan isi
argumentasi dari pihak-pihak yang tengah berdebat, baik itu pihak pro, kontra,
maupun netral. Di akhir debat, notulen bertugas memberikan kesimpulan atas
hasil perdebatan yang telah dilakukan.
Menurut Kosasih
(Erlangga:8), struktur debat terdiri dari tiga bagian.
Pertama, berupa pengenalan masalah (orientasi). Siapa yang mengenalkan?
Tentu moderator yang akan mengenalkan dan memberikan gambaran umum topik apa
yang akan didebatkan.
Kedua, penyampaian argumen. Di struktur bagian ini, kedua belah pihak
saling menyampaikan argument dengan disertai sejumlah alasan yang jelas dan
meyakinkan. Dalam bagian ini pun, muncul
tanggapan dan saling sanggah yang bisa menunjukkan kebenaran dari pendapat
masing-masing.
Ketiga, kesimpulan.
Di bagian ini notulen atau biasa juga dilakukan oleh moderator, akan membacakan
hasil akhir dari sebuah debat. Seperti ciri-ciri debat di atas, debat akan berujung pada dua hal: kesepahaman atau ketidaksepahaman.
Debat memiliki beberapa macam atau jenisnya.
Pertama, debat pemeriksaan ulangan atau cross-examination debating.
Debat tersebut dilakukan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan yang telah
dilakukan sebelumnya. Dalam debat macam ini, akan diajukan
pertanyaan-pertanyaan tiap pihak berdasarkan data yang diangkatnya. Sehingga,
menyebabkan individu yang diberi pertanyaan dapat mendukung posisi yang ingin
ditegakkan maupun diperkokoh oleh pihak yang memberi pertanyaan.
Debat jenis kedua ialah debat parlementer
atau assembly or parlementary debating. Debat yang juga
dikenal dengan sebutan debat majelis ini merupakan debat yang dilakukan di
ranah legislatif. Fungsi debat parlementer ini untuk memberikan maupun menambah
dukungan pada suatu undang-undang tertentu. Dalam debat ini, seluruh anggota
legislatif berhak mengajukan pendapat atau ide gagasannya, baik mendukung atau
menentang, usul yang telah disampaikan setelah diizinkan oleh majelis debat.
Dan, jenis ketiga ialah debat pendidikan. Debat ini
dikenal juga dengan sebutan debat konvensional dalam bentuk permainan yang
biasa dilakukan di tingkat sekolah maupun universitas. Debat Pendidikan
disaksikan oleh satu atau beberapa juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang
debat. Debat ini tidak bertujuan menghasilkan keputusan, namun lebih diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan menyampaikan pendapat secara logis, jelas dan
terstruktur.
Demikian materi debat kita kali ini. Semoga
bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat. Wassalamualaikum wr. Wb.
Selain memiliki karakteristik
tersendiri dalam hal sttrukturnya, teks debat juga menggunakan kaidah
kebahasaan yang relative berbeda dengan jenis teks lainnya. Dan berikut kaidah
kebahasaan yang dipakai dalam debat (kosasih:9)
1.
- Menggunakan kalimat kompleks, pada teks debat biasanya
menggunakan kalimat yang mempunyai lebih dari satu struktur dan lebih dari
satu kata kerja (kalimat kompleks).
- Menggunakan konjungsi, pada teks debat sering
memanfaatkan konjungsi untuk menghubungkan kata-kata atau kalimat.
- Menggunakan kata rujukan, pada teks debat biasanya
menggunakan kata rujukan sebagai pemberi informasi, seperti ini,
itu, dia, beliau, di sini, di sana, dan sebagainya.
Bagaimana caranya
agar debat dapat berjalan dengan lancar? Perlu adanya manajemen waktu dalam
kegiatan debat tujuannya untuk menghindari meluasnya topik pembicaraan. Dalam
hal ini, peran moderator sangat penting agar debat dapat terararh dan tidak
menimbulkan dominasi dari salah satu pihak.
Berikut contoh
manajemen waktu yang dimaksud.
1. 3
menit pertama, setiap tim memperkenalkan diri masing-masing selama 1 menit.
2. 15
menit selanjutnya setiap tim menyampaikan argumentasinya terhadap pernyataan
topik selama 5 menit, dimulai oleh tim pendukung, dilanjutkan tim penyanggah,
dan tim netral.
3. 14
menit selanjutnya, dibagi menjadi 2 bagian waktu. 9 menit pertama, setiap tim
mengomentari argumentasi tim lain selama 3 menit, misal tim pendukung
mengomentari argumentasi tim penyanggah dan tim netral masing-masing selama 3
menit, demikian seterusnya.
5
menit berikutnya diberikan hak bicara selama 1 menit kepada tim yang memencet
bel paling dulu. Akan diberikan 5 kali kesempatan memencet bel. Tim yang cepat
akan mendapatkan kesempatan bicara lebih banyak. Hak bicara dapat digunakan
untuk memberikan komentar, sanggahan, atau pertanyaan, bukan celaan.
4. Dan
tiga menit terakhir setiap tim memberikan ungkapan penutup terhadap pernyataan
topik sesuai dengan posisinya selama 1 menit.
Nah, itu dia
contoh manajemen waktu. Manajemen waktu akan sangat berguna bagi moderator agar
debat tidak berlarut-larut tanpa kesimpulan yang jelas. Namun, manajemen waktu
hanyalah rencana atau perkiraan. Yang namanya rencana tentu kadang tak sesuai
kan. Namun dengan adanya manajemen waktu tersebut, moderator dapat
mengira-ngira kapan ia memberikan kesempatan berbicara atau menghentikan
pembicaraan peserta debat jika telah melampaui manajemen waktu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar