Sabtu, 21 Desember 2024

Teks Artikel Kompas "Jalan Panjang Merawat Demokrasi"

 


Hidup berdampingan dengan segala perbedaan menjadi anugerah keistimewaan di Indonesia. Namun, berbagai dinamika sosial hingga politik akhir-akhir ini kerap menyinggung keberagaman dan menggerus semangat menghargai perbedaan. Kerentanan terjadinya sikap diskriminasi terekam dari jajak pendapat Litbang Kompas. Mayoritas responden mengaku tak pernah mengalami perlakuan intoleran meski ada sekitar 19,3 persen responden yang pernah punya pengalaman diperlakukan intoleran. Lebih mengkhawatirkan lagi, intoleransi itu kini tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga ruang digital. Masalah intoleransi agaknya menjadi bahaya laten untuk kebinekaan kita.

Dari hasil jejak pendapat Litbang Kompas, lebih dari separuh responden mengaku sering mendapati perlakuan intoleran pengguna media sosial. Sebanyak 15,7 persen responden lain juga mengaku banyak melihat tindakan intoleran di media arus utama, seperti tayangan televisi dan informasi media cetak. Adanya pergeseran ruang bagi khalayak untuk bersikap diskriminatif tersebut menjadi bukti rendahnya pemahaman publik untuk bijak bertindak di kanal medsos. Hingga kini berbagai tindakan diskriminatif hanya menjadi bagian dari bertumbuhnya medsos sebagai ruang digital yang bebas dan sulit dikontrol.

Dalam merespons perlakuan intoleran, baik yang dialami langsung maupun tidak, mayoritas responden (44,5 persen) memilih membela secara langsung. Sebesar 21,5 persen melaporkannya kepada pihak berwenang agar kasus dapat ditangani dengan lebih tepat secara hukum. Selebihnya, 19,6 persen responden memilih menghindar dari lingkungan yang dianggap kerap melakukan tindakan tidak saling menghargai itu.

Intoleransi beragama masih menjadi salah satu yang paling mencemaskan karena masih bertumbuhnya sikap diskriminatif di lingkungan sosial. Kasus-kasus yang menyinggung kemerdekaan memeluk agama tertentu banyak terjadi di lingkup kecil perseorangan, bahkan melibatkan kelompok warga tertentu.

Sikap toleran harus terus dipupuk agar tak usang tergerus perselisihan yang kini rentan terjadi dengan mengatasnamakan agama. Dukungan kepada semua pihak yang fokus dalam upaya menjaga keberagaman, baik itu dalam naungan pemerintahan maupun organisasi yang muncul secara swadaya, juga menjadi sangat penting.(LITBANG KOMPAS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teks Artikel Kompas "Jalan Panjang Merawat Demokrasi"

  Hidup berdampingan dengan segala perbedaan menjadi anugerah keistimewaan di Indonesia. Namun, berbagai dinamika sosial hingga politik akhi...