Assalamualaikum wr.
Wb. hai kawan semua. Jumpa lagi di Galeri Bahasa. Bagaimana kabar kalian
menjelang akhir semester ini? semoga selalu sehat dan semakin semangat dalam
belajar. Kali ini kita akan membahas hal yang sebenarnya sudah tak asing lagi bagi
kita.
Kita akan belajar
tentang drama! Drama merupakan karya sastra yang memiliki keunikan daripada
karya sastra jenis lain, karya sastra yang kompleks karena melibatkan semua
keterampilan berbahasa. mulai dari persiapan sampai pertunjukan drama, kita
harus menggunakan kemampuan berbahasa seperti menyimak, membaca, menulis dan
berbicara,. Mau tau lebih tentang drama? Yuk belajar Bersama di Galeri Bahasa.
Jangan lupa untuk mencatat dan membuat peta konsep.
Drama merupakan
salah satu jenis karya sastra. Salah satu, berarti ada yang lainnya ya. Jadi,
secara umum karya sastra dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, puisi, kedua,
prosa, ketiga drama. Puisi adalah karya sastra yang terikat dan padat makna,
lebih mementingkan hubungan antar kata. Sedangkan prosa merupakan karangan
bebas yang lebih mementingkan hubungan antar kalimat. Dan yang terakhir drama.
Nah, jenis ketiga ini yang akan kita bahas kali ini! kita mulai dari pengertian
drama.
Banyak sekali
istilah yang menunjuk pada pengertian drama, antara lain komedi stambul, komedi
bangsawan, tonil, dan sandiwara. Dikatakan komedi stambul karena dulu ceritanya
tentang keajabiban di Istanbul (konstantinopel). Dikatakan komedi bangsawan
karena dahulu ceritanya tentang orang bangsawan. Sedangkan Tonil adalah istilah
yang berasal dari Belanda yang artinya pertunjukan. Dan ada pula istilah sandiwara.
Istilah Sandiwara awalnya dikemukakan
oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari
bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti,
“pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang
dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).
Secara etimologis, drama berasal dari Bahasa Yunani
dromai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi dan sebagainya.
Simorangkir mengatakan bahwa drama adalah seni yang mempertunjukkan pekerti
manusia dengan perbuatan (Suroto:1990 hal.75). Sedangkan menurut tim Kemdikbud
(2017, hlm. 235) drama diartikan sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku akting atau dialog yang dipentaskan.
Senada dengan pendapat di atas, Kosasih (2017, hlm. 132) memaparkan pula bahwa
drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan
dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakon dan dialog dan berbagai
peristiwant yang disajikan dalam suatu pentas drama.
Istilah Drama selalu dikaitkan dengan teater. Banyak yang
beranggapan bahwa drama sama dengan teater. Padahal kedua istilah tersebut
tidaklah sama persis. Teater
berasal dari kata Yunani, “theatron” yang artinya tempat atau gedung
pertunjukan. Dalam perkembangannya, kata teater diartikan sebagai segala hal
yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Tetapi Harymawan mengungkapkan batasan
tentang teater bahwa “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia
maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri
penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993).
Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas
dan disaksikan oleh penonton. Jadi, istilah “teater” berkaitan langsung dengan
pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang
akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang
dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah
lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah
satu dari “teater”.
Sebagai karya sastra yang berbeda dari karya sastra
lainnya, drama memiliki beberapa ciri. Antara lain sebagai berikut:
1.
Terdapat dialog atau
percakapan
2.
Mengandung cerita, kisah,
atau narasi yang sampaikan melalui dialog atau percakapan antar tokohnya.
3.
Teks drama memiliki petunjuk khusus yang harus dilakukan
oleh pemerannya, misal mengatur ekspresi (marah atau senang), melakukan aksi
(berlari/melompat), dsb.
4.
Penulisan percakapan tidak
perlu menggunakan tanda petik (“”) karena drama secara eksklusif menggunakan
dialog sebagai isinya.
Bermain drama mempunyai
banyak manfaat untuk pengembangan karakter. Manfaat tersebut antara lain:
· Memupuk kerja sama
· Meningkatkan rasa percaya diri
· Mengembangkan kreatifitas dan apresiasi diri
· Mempertajam kepekaan emosi
· Mengembangkan kemampuan bersosial
· Dan bisa digunakan sebagai
media penyalur hobi.
Selanjutnya
kita bahas Struktur Teks Drama
Menurut Kosasih (2016, hlm. 258), struktur teks drama terbagi
menjadi tiga bagian utama. Prolog, dialog dan epilog.
1.
Prolog, adalah kalimat atau kata-kata pembuka, pengantar, maupun latar
belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu yang
telah di set dalam teks drama.
2. Dialog,
merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan dapat
menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi, dan
bagaimana tokoh tersebut menyelesaikan permasalahan. Dialog dibagi menjadi 3
bagian lagi, yaitu orientasi, komplikasi/konflik, dan resolusi.
a.
Orientasi, merupakan pengenalan tokoh, menyatakan situasi dan cerita,
hingga permulaan dalam mengajukan konflik yang akan terjadi dalam kisah yang
dibawakan dalam drama.
b.
Komplikasi/Konflik, atau disebut juga sebagai bagian tengah cerita yang mulai
mengembangkan konflik. Pada bagian ini tokoh utama akan menemukan berbagai
rintangan antara ia dan tujuan atau keinginannya. Tokoh juga kerap mengalami
berbagai kesalahpahaman dalam perjuangannya untuk menghadapi berbagai rintangan
tersebut.
c.
Resolusi (denouement), yakni penyelesaian dari komplikasi atau
berbagai rintangan yang menghalangi tokoh utama.
3.
Epilog, merupakan bagian penutup dari drama yang berisi simpulan atau
amanat mengenai keseluruhan isi drama. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh
dalang atau tokoh tertentu.
Jalannya cerita dalam drama sangat ditentukan
oleh scenario. Scenario adalah naskah cerita yang menguraikan urutan-urutan
adegan, tempat, keadaan, dan dialog yang disusun dalam konteks struktur
dramatic. Dan berikut tiga unsur penting yang harus ada dalam scenario.
1.
Tokoh. Tokoh yaitu pemeran
atau pelaku dalam sebuah drama
2.
Wawancang. Yaitu dialog atau
percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh
3.
Kramagung. Adalah petunjuk
perilaku, Tindakan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah
drama, kramagung ditulis dalam tanda kurung dan biasanya dicetak miring.
Perhatikan
contoh cuplikan scenario berikut:
Dika
, tokoh : (mendorong kursinya ke belakang dan menghabiskan minumannya),
ini termasuk kramagung Aku capek sekali jalan kaki lewat hutan itu. Disebut dengan wawancang.
Drama
bisa diartikan sangat luas sekali. Ada berbagai macam bentuk drama, di
antaranya, adalah sebagai berikut.
1.
Berdasarkan bentuk sastra cakapannya
a.
Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun
dalam
bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b.
Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk
prosa.
2.
Berdasarkan sajian isinya
a.
Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang
sedih
atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu
yang
tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan
tokoh
pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti
drama
serius yang melukiskan pertikaian di antara tokoh utama
dan
kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka
atau
kesedihan.
b.
Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur,
walaupun
selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan
yang
berakhir dengan bahagia.
c.
Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya
menggunakan
alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
3.
Berdasarkan kuantitas cakapannya
a.
Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
b.
Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c.
Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-
kata.
4. Berdasarkan
besarnya pengaruh unsur seni lainnya
a.
Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
b.
Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari.
c.
Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.
5.
Bentuk-bentuk lain
a.
Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau
melanggar
konversi alur, penokohan, dan tematik.
b.
Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan
dipentaskan.
c.
Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum
bangsawan
(muncul abad ke-18).
d.
Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat
biasa.
e.
Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan
atau
keruntuhan tokoh utama.
f.
Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan
dengan
upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
g.
Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat
pada
satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta
pengaluran
yang ringkas.
h.
Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai
dengan
festival rakyat yang ada (terutama di perdesaan).
Demikian materi drama
bagian satu yang dapat kita ulas. Jangan lupa menyimak materi drama bagian
kedua. Semoga bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat. Wassalamualaikum wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar