Assalamualaikum wr. Wb.
halo sahabat Galeri Bahasa. Kali ini. kita akan membahas materi yang tak asing
lagi, yang sangat sering muncul ketika kita belajar Bahasan dan Sastra
Indonesia. Kita akan belajar tentang Puisi. Berbicara tentang puisi, Indonesia mempunyai banyak nama-nama besar yang masuk dalam buku
sejarah sastra Indonesia. Sebut saja seperti, Chairil Anwar, Sapardi Djoko
Damono, W.S Rendra, Taufik Ismail, dan masih banyak lagi.
Kemahiran mereka dalam
mengolah kata-kata serta pandai melihat situasi yang membuat nama mereka jadi
besar dan dikenal sebagai sosok yang berpengaruh dalam hal revolusi. Secara
tidak langsung, mereka turut andil dalam membangun Indonesia
karena tidak sedikit karya mereka yang secara tidak langsung
mempengaruhi moral dan pemikiran bangsa. Dengan pesatnya perkembangan teknologi
dan informasi, Puisi saat ini juga sangat mudah untuk kita temui. Yuk kita
kenalan lebih jauh dengan puisi. Siapkan catatanmu, jangan lupa untuk mencatat
dan membuat peta konsep.
Menurut Herman J. Waluyo
(2008: 28) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Sedangkan menurut KBBI,
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,
serta penyusunan larik dan bait; 2 gubahan dalam bahasa yang
bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang
akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama,
dan makna khusus
Lalu,
apa sih sebenarnya manfaat menulis puisi? Suka menulis puisi bukan
berarti lebay dan alay ya. Ada beberapa manfaat menulis puisi yang pastinya
sangat bagus untuk pengembangan pribadi kita. Antara lain:
1.
Meningkatkan kreativitas
Dalam menulis puisi
dibutuhkan keterampilan menyusun kata, gaya bahasa, serta rima yang tepat dan
indah. Secara tidak langsung, kita berlatih untuk merangkai kata-kata yang
puitis namun tetap singkat dan sarat makna.
2.
Membuat perasaan menjadi lebih baik
Menulis puisi mampu
membuat perasaan penulisnya menjadi lebih baik. Dalam ilmu psikologi, hal ini
disebut katarsis. Katarsis adalah pelepasan emosi dan perasaan negatif dalam
diri melalui cara yang positif. Sehingga membuat diri mampu melihat masalah
yang ada dengan lebih jernih. Hal ini dapat membantu jiwa dan mental kita
menjadi lebih sehat.
3.
Menambah keberanian dalam bersuara
Menulis puisi merupakan
sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, kritik, kemarahan, hingga nasihat akan
berbagai aspek kehidupan di sekitar kita. Seperti aspek sosial, budaya, 4. ekonomi,
hingga politik.
4.
Meningkatkan kepercayaan diri dalam berkarya
Menulis puisi merupakan
pekerjaan akal dan hati. Hal ini yang menjadikan setiap puisi unik dan indah.
Berkarya berarti memberdayakan pikiran, perasaan, dan kemampuan menjadi sesuatu
yang memiliki dampak atau makna. Menulis puisi dengan kesungguhan akal dan
hati, merupakan salah satu implementasi dalam menjadi berdaya dan bermakna.
5.
Kesempatan mendapatkan penghasilan
Kita bisa menambah
pundi-pundi uang dengan menulis puisi. Hal ini bisa diawali dengan mengirimkan
puisi-puisi buatan kita ke berbagai media cetak maupun media online. Baik
surat kabar, majalah, atau tabloid. Selain itu, kita juga dapat mencoba
kesempatan dengan mengikuti berbagai lomba atau kompetisi menulis puisi.
Agar mempunyai makna yang
utuh, Puisi mempunyai beberapa unsur.
Unsur puisi dibagi
menjadi dua, yaitu unsur batin dan unsur fisik. Berikut penjelasannya:
Struktur Batin
Struktur batin puisi
disebut juga sebagai hakikat suatu puisi.Bisa diartikan, unsur batin puisi adalah unsur pembangun yang
tidak tampak langsung dalam susunan kata. Unsur batin tersebut terdiri dari
beberapa hal yaitu:
1. Tema (Sense)
tema merupakan makna
atau pokok permasalahan yang digambarkan dalam sebuah puisi
2. Rasa (Feeling)
Rasa merupakan sikap sang
penyair terhadap suatu masalah yang diungkapkan dalam puisi.
3. Nada (Tone)
Nada berkaitan erat
dengan makna dan rasa. Melalui nada, seorang penyair mampu menyajikan suatu
pusi dengan nada mendikte, menggurui, memandang rendah, dan sikap lainnya
terhadap penikmat puisi.
4. Amanat
amanat adalah suatu pesan
yang ingin disampaikan oleh sang penyair kepada pembaca atau pendengar.
Unsur yang kedua ada
unsur Fisik
unsur fisik puisi disebut
juga dengan metode penyampaian hakikat suatu puisi. Bisa diartikan, Unsur fisik
merupakan unsur pembangun puisi yang nampak dalam bentuk susunan kata. Unsur
fisik puisi terdiri dari beberapa hal seperti dibawah ini:
1. Perwajahan Puisi
(Tipografi)
Tipografi merupakan
bentuk format suatu puisi, seperti pengaturan baris, tepi kanan-kiri, dan
sebagainya.
2. Diksi
Diksi merupakan pemilihan
kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Puisi berisi sedikit kata
namun kaya akan makna, maka dari itu pilihlah kata secermat mungkin. Misal,
jika kita mau membuat puisi bertema pahlawan, untuk menggambarkan pahlawab yang
telah meninggal, kata apa yang pantas kita pilih? Wafat? gugur? Mati atau
binasa? Tentu kita akan memilih kata gugur. Seperti itulahn yang dinamakan
diksi.
3. Imaji
Imaji adalah susunan kata
dalam puisi yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi sang penyair. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji yang dapat disentuh, diraba atau dirasa (imaji taktil).
Imaji mampu mempengaruhi audiens dan seolah olah merasakan apa yang dialami
sang penyair. Contoh imaji visual, pohon kamboja berkembang, jadi seolah-olah
bisa dilihat. contoh imaji auditif, suara gitar mendayu-dayu, seolah-olah bisa
didengar. Contoh imaji taktil, hati rindu bukan kepalang, mengingat dia si anak
orang. Seolah-olah pembaca juga merasakan apa yang dirasakan pnulis puisi.
4. Kata Konkret
Kata konkret
adalah kata yang dapat ditangkap dengan indra, sehingga mampu menimbulkan
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya
penggunaan kata “salju” untuk menjelaskan kebekuan jiwa.
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa
yaitu penggunaan bahasa yang mampu menghidupkan dan menimbulkan makna
konotasi dengan menggunakan bahasa figuratif. Umumnya, gaya bahasa yang
dikenakan pada puisi berbentuk majas seperti majas metafora, simile, dan
sebagainya.
6. Rima atau Irama
Rima adalah pengulangan
bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak. Misalnya,
Indonesia tanah airku
tanah tumpah darahku
di sanalah aku digusur
dari tanah
leluhur ……
(Husni Djamaludin)
Rima merupakan salah satu
unsur penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi tercipta.
Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat
ditemukan dalam satu baris. Misalnya:
Sedangkan irama adalah
pergantian tinggi rendah, Panjang pendek dan ekras lembut ucapan bunyi.
Selanjutnya kita masuk ke
jenis-jenis puisi.
Puisi Lama
Puisi lama merupakan
puisi yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku. Puisi ini bercirikan khas
melayu dan lahir sebelum penjajahan Belanda.
Ciri-ciri puisi lama
1.
Pengarang puisi tidak diketahui alias
anonim
2.
Menyebar luas dari mulut ke mulut sehingga
disebut sastra lisan
3.
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti
jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata, maupun irama
Jenis-jenis puisi lama
antara lain:
Syair, Pantun, Mantra, Karmina,
Gurindam,Seloka, dan Talibun,
Pembagian selanjutnya
adalah Puisi Baru
Puisi baru merupakan
puisi yang lebih bebas, baik dari segi bait, suku kata, maupun rima. Puisi baru
lebih terpengaruh dengan khas gaya bahasa eropa. Puisi ini mulai populer pada
tahun 30-an yakni pada masa Pujangga Baru (Suroto: 52). Namun, dalam puisi ini
masih terdapat beberapa aturan misalnya jumlah baris dalam bait.
Ciri-Ciri puisi baru
1.
Bentuknya rapi, simetris.
2.
Memiliki persajakan akhir (yang teratur)
3.
Sebagian besar puisi empat seuntai
4.
Banyak menggunakan pola sajak pantun dan
syair meskipun ada pola yang lain
5.
Tiap-tiap barisnya terdiri atas gatra
(kesatuan sintaksis)
6.
Tiap gatranya terdiri atas 4 sampai 5 suku
kata
Jenis-jenis puisi baru
berdasarkan bentuknya
Distikon, Terzina, Kuatren,
Kuint, Sekstet, Septima, Oktaf/ Stanza, Soneta.
Dan seperti inilah contoh
puisi baru.
Pembagian terakhir adalah
Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer adalah
puisi yang berkembang pada masa kini, dengan ciri kekinian. Puisi kontemporer
bersifat inkonvensional (tidak memiliki keteraturan seperti biasanya puisi). Puisi
jenis ini bisa dikatakan benar-benar bebas dalam bentuk maupun isi. Tidak
terikat lagi oleh aturan jumlah baris, rima, atau ikatan lainnya yang biasa
diterapkan pada puisi lama maupun puisi baru. Dengan sifat seperti itu puisi
kontemporer memiliki ciri sebagai barikut:
1.
Menggunakan bahasa yang blak-blakan,
sederhana, jujur tanpa memperhatikan diksi yang indah dan berat
2.
Mementingkan gambaran visual/tipografi
3.
Corak yang berbeda dengan puisi indonesia
pada umumnya (resmi)
4.
Tidak terlalu menghiraukan hubungan makna
kata tetapi kebanyakan mempermainkan kata-kata, namun makna totalitas puisi
tetap ada
5.
Terkadang mengkombinasikan bahasa
indonesia dengan bahasa daerah
6.
Terkadang menggunakan simbol yang hanya
dipaham oleh penyair yang bersangkutan
Perhatikan contoh puisi
kontemporer berjudul Tragedi Winka dan Sihka karya Sutardji berikut ini.
Meskipun makna puisi
tersebut tidak diungkapkan, bentuk fisik puisi di atas membentuk makna. Puisi
di atas merupakan tragedi. Baris-baris puisi yang
membentuk zig-zag mengandung makna
terjadinya lika-liku dalam perjalanan perkawinan itu. Pada akhir
puisi ini kawin dan kasih itu menjadi kaku atau mati. /Ku/ diawali dengan huruf
kapital menyatakan bahwa mereka kembali kepada Tuhan.
Selanjutnya kita akan
membahas pembacaan Puisi. Walaupun sama-sama pembacaan karya sastra, membaca
cerpen dengan membaca puisi berbeda. Membaca cerpen bisa dikatakan membaca
hubungan antar kalimat. Sedangkan membaca puisi adalah membaca hubungan antar
kata. Ini yang membuatnya sedikit sulit karena jika salah memberikan nada dan
pemenggalan atau perhentian, maka akan menimbulkan makna lain.
Ada dua macam kegiatan
membaca puisi. Membaca puisi yang bertujuan sekadar mengetahui dan memahami
isinya dan membaca puisi yang bertujuan untuk menimbulkan keindahan bacaan,
seperti yang sering dilombakan.
Membaca puisi untuk
memahami isinya mungkin tak banyak menimbulkan kesulitan karena tidak menuntut
persyaratan khusus, missal suara yang baik, suara yang keras, kesesuaian gerak
dan penjiwaan. Namun, untuk pembacaan puisi secara nyaring, artinya membaca
untuk didengarkan orang lain. Harus memperhatikan beberapa hal. Antara lain:
1.
Rima dan irama. Rima adalah pengulangan bunyi.
Sedangkan irama adalah pergantian tinggi rendah, Panjang pendek dan ekras
lembut ucapan bunyi.
2.
Artikulasi atau kejelasan suara, artinya
suara kita dalam membaca puisi harus jelas, misalnya saja dalam mengucapkan
huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/.
3.
Ekspresi mimik wajah, artinya ekspresi
wajah kita harus bisa disesuaikan dengan isi puisi. Ketika puisi yang kita
bacakan adalah puisi sedih, maka ekspresi mimik wajah kitapun harus bisa
menggambarkan isi puisi sedih tersebut.
4.
Mengatur pernapasan, artinya pernapasan
harus diatur jangan tergesa-gesa. Sehingga tidak akan mengganggu ketika membaca
puisi.
5.
Penampilan, artinya kepribadian atau sikap
kita saat di panggung usahakan harus tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa,
dan meyakinkan (tidak demam panggung).
6.
Intonasi (tekanan dinamik dan tekanan
tempo)
Intonasi adalah ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan
suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik (tekanan pada
kata-kata yang dianggap penting) dan teknanan tempo (cepat lambat pengucapan
suku kata atau kata).
Puisi dapat
dialihwahanakan menjadi bentuk lain yang sangat beragam. Bisa dialihwahanakan
menjadi cerpen, komik, juga lagu. Nah, yang paling sering kita jumpai adalah
alih wahana ke dalam bentuk lagu yang biasa disebut dengan musikalisasi puisi. Perhatikan
contoh musikalisasi berikut!
Kata “musikalisasi” jika
menilik pada KBBI berarti menjadikan sesuatu dalam bentuk musik. Di Wikipedia,
musik puisi adalah genre seni dari seni pertunjukan yang merupakan hasil
kolaborasi antara penyajian puisi dan musik.
Dalam realitanya, ada
yang menampilkannya dengan menyajikan puisi secara musikal, menggubah puisi
menjadi sebuah lagu, atau membaca puisi dengan diringi musik.
1. Musikalisasi Puisi
Lagu
Musikalisasi puisi lagu
adalah penggubahan puisi menjadi sebuah lagu. Dalam pementasan, puisi diolah
menjadi lirik lagu yang dinyanyikan dengan diiringi musik.
Musikalisasi puisi jenis
ini sudah sejak lama dipentaskan di banyak seni pertunjukan. Kelompok musik Bimbo
banyak meminang sajak-sajak Taufik Ismail seperti “Sajadah Panjang”
2. Musikalisasi Puisi
Iringan
Musikalisasi Puisi
Iringan adalah pembacaan puisi yang diiringi dengan permainan instrumen musik.
Dalam pementasan, puisi tidak dinyanyikan seperti pada musikalisasi puisi
murni, namun tetap dikolaborasikan dengan iringan instrumen musik seperti
biola, gitar, atau semacamnya.
3. Musikalisasi Puisi
Campuran
Musikalisasi puisi
campuran adalah kombinasi antara musikalisasi puisi lagu dan iringan. Dalam
pementasan, puisi dibaca secara murni dengan diiringi instrumen musik yang
dipadukan dengan menyanyikan puisi yang sama.
Porsi pembacaan dan
nyanyian bergantung pada ketepatan harmonisasi dan keselarasan melodisasi pada
puisi. Pembacaan puisi dan lagu puisi yang diiringi instrumen memungkinkan
menghasilkan kombinasi suara yang harmonis.
4. Musikalisasi Puisi
Total
Musikalisasi puisi total
adalah penerjemahan puisi ke dalam instrumen musik. Dalam pementasan hanya ada
penampilan instrumen musik yang menerjemahkan sebuah puisi tanpa ada pembacaan
teks puisi.
Demikian materi puisi
yang dapat kit aulas. Semoga bermanfaat. Tetap sehat tetap semangat.
Wassalamualaikum wr. Wb.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar