Abstrak Pahlawan
Oleh:
Dina Rahmawati
Miftakhur Rohmah
Khalimatus Saadah
Judul:
Sang Teratai, Ki Hadjar Dewantara
Pembina:
Iva Lutfiyati, S.Pd.
Mengetahui,
Kepala
Madrasah
MA Abdulloh
Nadzifatus
Sajaya, M.Pd.I
|
Sang Teratai, Ki Hadjar Dewantara
1.
Latar Belakang
Ki
Hadjar Dewantara (biasa disingkat KHD) bisa dikatakan manusia fenomenal di
Indonesia pada abad ke-19. Pemikiran KHD mengenai pendidikan telah menjadi
motor penggerak pembaharuan pendidikan yang penuh tekanan dari penjajah Belanda
masa itu. Konsep pendidikan keluarga yang diterapkannya membuat pendidikan
Indonesia mampu memanusiakan manusia, membentuk manusia yang cerdas berbingkai
spiritual dan moralitas. Sangat berbeda dengan pendidikan penjajah yang
merendahkan kaum pribumi. Namun, pemikiran KHD kini usang dan asing. KHD hanya
diketahui sebatas sebagai bapak pendidikan. Hari lahirnya hanya diperingati
dengan upacara formal tanpa makna. Pendidikan di Indonesia kini terfokus pada
upaya menyiasati ujian-ujian semata. Padahal, pendidikan dalam konteks
sesungguhnya adalah membentuk manusia yang otentik sebagai subjek pendidikan.
Oleh karena itu, sangat penting mengenang dan menelaah kembali pemikiran KHD
yang kemudian diharapkan mampu diterapkan di lingkungan pendidikan Indonesia.
2.
Riwayat Perjuangan
Ki Hadjar Dewantara lahir tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya diperingati sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Pendidikan dasar ia selesaikan di ELS (Sekolah Dasar
Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjutkan ke Stovia (Sekolah Dokter
Bumiputera) tapi tidak tamat karena sakit. Ia juga bekerja sebagai penulis dan
wartawan di beberapa surat kabar ternama di Indonesia masa itu. Ide, pemikiran
dan konsepnya sering bertebaran di berbagai media di tanah air. Als ik een Nederlander was (Andai Aku Seorang Belanda) adalah
artikel paling provokatif yang ditulis KHD.
Bahkan, KHD sempat diasingkan ke Pulau Bangka karena tulisan tersebut.
KHD juga menjadi anggota beberapa organisasi pergerakan, antara lain: Boedi
Oetomo, Insulinde dan Indische Partij. Ia disebut bapak pendidikan berkat
kepeduliannya yang sangat tinggi pada pendidikan di Indonesia yang saat itu
masih sangat terdiskriminasi oleh Belanda. Taman Siswa yang ia rintis memberikan
kesempatan bagi rakyat pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti
halnya para priyai atau orang-orang Belanda. Kecintaan dan kepeduliannya pada
pendidikan Indonesia mengantarkannya pada jabatan Menteri Pengajaran Indonesia
ke-1 di bawah kepemimpinan Soekarno. Semboyan ciptaannya, Tut Wuri Handayani menjadi
Slogan Kementerian Pendidikan Indonesia. Namanya diabadikan sebagai sebuah nama
kapal perang Indonesia. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan
20.000 rupiah tahun edisi 1998. Ia diangkat sebagai Perintis Perjuangan
Kemerdekaan, Perwira Tinggi, serta Mahaputra Tingkat 1. Ia juga dikukuhkan
sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Soekarno pada 28 November 1959. Tak
mengherankan jika KHD disebut “teratai” dalam puisi Sanusi Pane. Tak lain untuk
menggambarkan betapa teguhnya perjuangan Ki Hadjar Dewantara, layaknya bungai
teratai.
3.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara antara lain
3N “Niteni, Nirokke, Nambahi”. Niteni berarti memahami apa yang telah
terjadi dan diajarkan dari hal yang kecil. Nirokke
berarti menirukan ilmu atau ajaran yang telah didapat. Yang terakhir Nambahi berarti menambah ilmu atau
ajaran yang telah didapat guna menaikkkan kualitas bangsa. Beliau mempunyai
tiga semboyan yaitu: Ing ngarso sung tuladha
yaitu menjadi seorang pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan. Ing madya mangun karsa yaitu seseorang
ditengah kesibukannya harus mampu membangkitkan semangat. Tut wuri handayani yaitu seseorang harus memberikan dorongan moral
dan semangat kerja dari belakang. KHD juga menekankan pentingnya budi pekerti
yang membuat manusia merdeka, mampu memerintah atau menguasai diri sendiri
sehingga menjadi manusia yang beradab. Dan inilah maksud serta tujuan
pendidikan dalam garis besarnya.
4.
Nilai-nilai Perjuangan
-
Pendidikan
agar manusia Indonesia merdeka batinnya, fikirannya, dan merdeka tenaganya
untuk rakyat Indonesia.
-
Mengajarkan
kepenuhan dimensi pengajaran yang mempertinggi kebudayaan siswa.
-
Menambah
nilai-nilai kearifan lokal budaya Indonesia dalam setiap proses pembelajaran.
-
Mengembangkan
afektif, psikomotor, dan spiritual dalam pendidikan sehingga tidak akan
mencabut seseorang dari hakikat kemanusiaan.
DAFTAR RUJUKAN
Maulana,
dkk.2014. Eling & Meling. Solo:
Jagad Abjad
Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa. 2013. KI HADJAR
DEWANTARA 1. Yogyakarta:
UST-Press
Wikipedia.___. Ki
Hadjar Dewantara. Diakses 26 September 2019 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara